Senin 14 Aug 2023 00:10 WIB

Gaya Hidup Pengaruhi Polusi di Kota Jakarta

Warga harus mengubah gaya hidup untuk mencegah polusi.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Erdy Nasrul
Ilustrasi kondisi Jakarta.
Foto: ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
Ilustrasi kondisi Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Fenomena street canyon atau udara yang terperangkap di antara gedung-gedung di perkotaan membuat konsentrasi pencemaran udara akibat emisi kendaraan semakin tinggi. Sebab itu, dalam upaya mengatasinya, isu transportasi yang berkelanjutan dan mengubah gaya hidup dalam penggunaan kendaraan pribadi menjadi penting untuk di daerah perkotaan seperti di Jakarta.

“Isu transportasi yang berkelanjutan atau mengubah gaya hidup itu menjadi penting untuk di daerah perkotaan,” ujar Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Sigit Reliantoro, dalam media briefing di Jakarta, Ahad (13/8/2023).

Baca Juga

Menurut dia, karakteristik pencemaran di perkotaan terjadi akibat street canyon. Jalan menjadi lembah dan penghalang lembah itu adalah gedung-gedung yang ada di sekitarnya. Kondisi tersebut terjad ketika angin melintasi gedung, terdapat angin yang terhalang oleh gedung lainnya dan menyebabkan angin tersebut terperangkap di ruang di antara gedung itu.

“Itulah yang sebetulnya kenapa di Jakarta terjadi konsetrasi yang cukup tinggi. Karena ada fenomena street canyon tadi. Bandung pun secara luas seperti itu karena bentuknya lembah. Dia tidak bisa ke mana-mana, ada sumber emisi di situ, maka terperangkap. Dia bisa lolos kalaau ada hujan atau angin yang bikin angin yang terperangkap terpecah,” terang dia.

Sigit juga memaparkan data yang diinvetarisasi oleh Bloomberg Philanthropies, DKI Jakarta, dan Vita Strategic. Di mana, ada sejumlah hal yang memproduksi emisi di Jakarta dan aktivitas tranpsortasi jadi yang terbesar, yakni 44 persen. Sementara 56 persen sisanya terbagi menjadi empat, yakni dari industri energi, industri rumahan, industri manufaktur, dan yang terkecil adalah kegiatan komersial di gedung-gedung.

“Dari sini terlihat bahwa transport merupakan unsur penting. Dan itu mengonfirmasi teori tadi, bahwa penyebab terjadinya street canyon sebagian besar adalah dari aktivitas transportasi,” kata Sigit.

Dia menerangkan, berdasarkan data tahun 2018-2022, pada 2022 ada 24,5 juta kendaraan bermotor yang teregistrasi di DKI Jakarta dengan 78 persen di antaranya adalah sepeda motor. Dalam jangka waktu tersebut, pertumbuhan kendaraan bermotor per tahunnya mencapai angka 5,7 persen dengan sepeda motor sendiri sebesar 6,38 persen. Dengan kata lain, setiap tahunnya pada periode tersebut terjadi penambahan 1,2 juta kendaraan bermotor di mana 1,046 juta di antaranya sepeda motor.

Sejatinya, konsep transportasi yang paling penting adalah upaya memperbanyak perpindahan orang, bukan memperbanyak perpindahan kendaraan. Sebab itu, efisiensi dan efektivitas menggunakan kendaraan menjadi sangat penting untuk diperhatikan. Berdasarkan perhitungan KLHK, penggunaan bus untuk berpindah tempat akan jauh lebih kecil kontribusinya terhadap pencemaran ketimbang sepeda motor dan

“Jadi artinya kalau kita naik bus, itu kontribusi kita terhadap CO2 jauh lebih kecil dibandingkan kalau kita naik sepeda motor, mobil pribadi. Itu (sepeda motor dan mobil pribadi) jauh lebih besar sumbangannya terhadap pencemaran,” jelas dia.

Ubah Gaya Hidup

Sigit mengatakan, pemberitaan mengenai kualitas udara di Jakarta belakangan ini memberikan peringatan kepada semua pihak untuk mempertanyakan kesiapan untuk bersedia menjadi negara maju yang berpendapatan tinggi atau menjadi negara yang terperangkap di middle trap income. Jika keinginan untuk menjadi negara maju kuat, maka perubahan perilaku menjadi perilaku orang-orang di negara maju diperlukan.

 

Lihat halaman berikutnya >>>

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement