REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Desk Regional Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI, Putu Supadma Rudana, mengatakan ada dua hal penting yang dibahas Komite Organisasi dalam rangkaian Sidang Umum ke-44 ASEAN Inter-Parliamentary Assembly (AIPA) di Jakarta. Diantaranya, dibentuknya task force yang akan mengawal digital law library untuk AIPA.
"Bersama komite organisasi, kami baru selesai membahas mengenai dibentuknya task force yang akan mengawal digital law library untuk AIPA ini. Kedua, Karena banyak negara yang ingin menjadi observer di AIPA. Kita harus membuat adanya satu rumusan atau mekanisme yang jelas untuk menerima negara lain menjadi observer," kata Putu di Jakarta, Rabu (9/8).
Menurut anggota Komisi VI DPR ini, ASEAN atau kawasan Asia Tenggara adalah kawasan yang betul-betul menjadi magnet sekarang. Putu menyebut, ASEAN awalnya tidak dilirik, tapi sekarang menjadi daya tarik utama dari kekuatan-kekuatan besar di seluruh dunia.
"Tentu, banyak sekali negara-negara yang ingin engage dan terlibat disini (AIPA) untuk masuk dan mendapatkan mempengaruhi kebijakannya di negara-negara ASEAN. Kita tidak perlu khawatir, yang terpenting bagaimana negara-negara ASEAN solid, memiliki satu komitmen unity dalam mengawal segala kepentingan bersama. ASEAN centrality, ASEAN unity, dan solidity menjadi satu komitmen," ujarnya.
Jadi menurutnya, jika perlu sekarang kita jangan hanya menunggu. Sekjen bersama dengan seluruh anggota AIPA harus bergerak untuk 'menjemput bola', bagaimana mitra-mitra atau negara lain yang ingin engage dengan Indonesia agar bisa masuk segera.
"Karena kita memang tidak menunggu mereka mengirim surat untuk menjadi observer, tapi kita yang menghadirkan negara-negara yang dapat memberikan kontribusi keamanan, perdamaian, kesejahteraan dan peningkatan segala bidang di kawasan ASEAN," jelasnya.
Saat ini, AIPA ASEAN memiliki 20 observer tapi dari 20 observer negara parlemen-parlemen ini yang hadir Sidang Umum ke-44 AIPA hanya 14 negara di Indonesia, dan 6 negara yang absen saat ini.
"Kami di Komite Organisasi, saya memimpin sidangnya menjadi chair. Itu kami menyetujui penambahan tiga observer lagi, yaitu tiga parlemen negara yakni Kuba, Turki, Armenia. Dari 20 negara observer, sekarang sudah menjadi 23 negara. Kita harapkan kehadiran mereka atau kontribusi mereka dengan tujuan untuk mengawal keamanan dan perdamaian di kawasan ASEAN," ujarnya.
Selain itu, kata Putu, anggota AIPA di Komite Organisasi ini juga mengusulkan dan menyetujui adanya perubahan lirik lagu AIPA. Saat ini, lanjut dia, memang lirik lagunya sudah cukup lama dibuatnya sehingga perlu pembaharuan mengingat akan bertambahnya negara ASEAN dan anggota AIPA nanti.
"Kita temukan satu komitmen bersama, semua setuju tapi kami sedang godok. Ada tim adhoc yang sedang membuat lirik lagunya, yang saat ini memang cukup lama ya lagu itu, karena akan ada penambahan anggota ASEAN. Mungkin Timor Leste akan masuk sehingga harus dirubah liriknya," jelas Legislator asal Bali ini.
Oleh karena itu, Putu berharap perempuan dan anak muda serta seluruh anggota AIPA untuk terlibat pembuatan lagu AIPA. Dengan harapan, semangat AIPA sekarang dan ke depan menjadi kekuatan yang besar, tentunya penarik daya tarik dari seluruh kekuatan yang ada di luar itu betul-betul yang tadinya tidak dilirik, tapi sekarang menjadi daya tarik yang tinggi.
"Tentu kita harus siap untuk mengawal engagement kita dengan negara-negara lain yang ingin masuk untuk peningkatan kesejahteraan kawasan ASEAN. Harapannya juga lebih energik dan menunjukkan bagaimana mereka mau berjuang untuk kawasan ASEAN ini," ujarnya.
Hal lainnya, Putu mengatakan ada sebuah resolusi yang memberikan posisi parlemen itu awalnya hanya sebuah forum biasa tapi saat ini sudah menjadikan komite khusus parlemen muda. Menurutnya, draf resolusi sudah berhasil mengadopsi atau mengapprove bahwa Young Parliamentary atau parlemen muda sudah menjadi komite khusus di AIPA ini.
"Memang dijelaskan yang dimaksud dengan parlemen muda adalah pertama minimal delegasi satu orang harus usianya di bawah 45 tahun, dan jika ada 3 delegasi, maka 2 delegasi boleh melampaui umur 45 tahun. Tapi jika parlemen negara tersebut memiliki parlemen muda, tentu mereka bisa lebih maksimal di dalam pertemuan forum-forum pemuda tersebut," katanya.
Berikutnya, Putu mengatakan ada satu draf resolusi lainnya, bahwa seluruh peserta baik anggota AIPA maupun observer memberikan apresiasi kepada Presiden dan Chair daripada Sidang Umum ke-44 AIPA. Bahkan, lanjut dia, sudah diputuskan dan menjadi sebuah resolusi untuk mengapresiasi Ketua DPR RI Puan Maharani atas kepemimpinannya sebagai Chair dan Presiden AIPA 44th.
"Tentu, ini suatu hal yang membanggakan. Karena apa? Karena memang parlemen Indonesia dalam isu kesetaraan gender juga menghadirkan Pimpinan Parlemen atau Ketua DPR dari perempuan. Memang ini justru menjadi kekuatan kita, karena kita sudah memiliki ketua parlemen perempuan yang memang isu kesetaraan gender ini menjadi isu utama pembahasan baik tingkat asean maupun tingkat global," ujarnya.