Senin 07 Aug 2023 15:17 WIB

DIY Catat Okupansi Hotel Turun, Karena Sampah?

Okupansi Hotel pada Juli hanya 40 persen-60 persen.

Rep: Silvy Dian Setiawan / Red: Friska Yolandha
Truk pengangkut sampah membongkar muatan di TPST Tamanmartani, Sleman, Yogyakarta, Senin (7/8/2023). Pemkab Sleman mulai mengoperasikan TPST Tamanmartani, Kalasan, Sleman untuk pembuangan sampah untuk 45 hari ke depan. Lokasi TPST ini nanti akan  menampung 50 ton sampah. Pada hari pertama pengoperasian sebanyak 5 truk sampah yang membongkar muatan, selanjutnya targetnya 10 truk setiap harinya.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Truk pengangkut sampah membongkar muatan di TPST Tamanmartani, Sleman, Yogyakarta, Senin (7/8/2023). Pemkab Sleman mulai mengoperasikan TPST Tamanmartani, Kalasan, Sleman untuk pembuangan sampah untuk 45 hari ke depan. Lokasi TPST ini nanti akan menampung 50 ton sampah. Pada hari pertama pengoperasian sebanyak 5 truk sampah yang membongkar muatan, selanjutnya targetnya 10 truk setiap harinya.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY mencatat tingkat hunian hotel di wilayah tersebut turun pada Juli 2023. Hal yang sama terjadi pada tingkat reservasi pada periode Agustus 2023.

Ketua DPD PHRI DIY, Deddy Pranowo Eryono mengatakan, penurunan ini bisa jadi karena darurat sampah yang saat ini terjadi khususnya di Kota Yogyakarta. Pasalnya, TPA Regional Piyungan ditutup hingga September 2023 nanti karena sudah volume timbunan sampah yang sudah melebihi kapasitas.

Baca Juga

"Kemungkinan bisa saja (penurunan okupansi karena sampah). Tapi kan saya tidak punya data penurunan itu karena sampah, kemungkinan itu bisa terjadi," kata Deddy kepada Republika.co.id, Senin (7/8/2023).

Penurunan okupansi hotel di DIY pada Juli dan reservasi untuk Agustus 2023 cukup signifikan. Deddy menuturkan, okupansi hotel pada Juli hanya 40 persen hingga 60 persen.

Sedangkan, pada Agustus 2023 ini untuk reservasi hotel hanya 40 persen hingga 50 persen. Meski belum dipastikan penurunan okupansi ini dikarenakan permasalahan sampah, namun Deddy berharap brand Kota Yogyakarta sebagai Kota Wisata tidak tercoreng akibat masalah tersebut.

"Jangan sampai brand kita (sebagai Kota Wisata) itu turun karena sampah," ucap Deddy.

Deddy menyebut, saat ini sudah mulai kedatangan wisatawan mancanegara ke DIY. Kedatangan tertinggi masih dari wilayah ASEAN, khususnya Singapura.

"ASEAN itu tertinggi, disusul Eropa, kemudian Australia, Jepang. Kita masih terus promosi, kita berupaya memaksimal agar kunjungan terus meningkat karena sekarang masa liburnya wisatawan mancanegara, Eropa khususnya," jelas Deddy. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement