Senin 07 Aug 2023 00:03 WIB

Pritttt!!! Kartu Kuning untuk PBSI…

Kegagalan para pemain Indonesia di tiga turnamen jadi 'kartu kuning' untuk PBSI.

Ganda putra peringkat satu dunia Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto (kostum biru) mengalahkan senior mereka Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan (kostum merah).
Foto:

Di tunggal putra, Indonesia masih bertumpu dengan Anthony Sinisuka Ginting di peringkat 2 dunia dan Jonatan Christie di 5 dunia. Namun lagi-lagi, permasalahan tidak konsisten dalam pertandingan masih menjadi masalah keduanya.

photo
Jonatan Christie yang menjadi finalis dikalahkan Viktor Axelsen di Japan Open 2023.
 

Jonatan membuat berdecak kagum saat mampu lolos ke final Japan Open 2023 dan memberikan perlawanan untuk peringkat 1 dunia dari Denmark, Viktor Axelsen. Namun saat bertanding di Australia Open 2023 di pekan selanjutnya, justru Jonatan tersandung di babak kedua.

Pun dengan Ginting yang juga sempat lolos ke final Indonesia Open 2023 dan kalah di tangan Axelsen. Di Japan Open 2023, Ginting malah angkat koper lebih dulu di babak pertama. Dan di Australia Open 2023, keberadaan sang tunangan yang sedang menempuh pendidikan di negeri kanguru itu pun tak juga menjadi lecutan semangat untuk Ginting. Karena Ginting harus kalah di perempat final.

Di ganda putri, tentunya sangat disayangkan kenaikan grafik permainan di awal kemunculan Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti tidak dimaksimalkan. Awal 2022 dipasangkan, mereka langsung merebut medali emas SEA Games 2021. Setelah itu menjadi finalis Indonesia Masters 2022 dan kemudian menjuarai Malaysia Open 2022 Super 750 dan Singapore Open 2022 Super 500. Peringkat dunia mereka pun sempat tembus 5 dunia.

Namun keganasan mereka di lapangan semakin melemah. Bisa saja karena pihak lawan sudah mempelajari dan mengetahui kelemahan mereka, atau mungkin juga karena tidak ada perubahan dalam pola permainan Apri/Fadia. Hanya terus mengandalkan power, tapi abai dengan variasi serangan dan menebalkan tembok pertahanan. Ini karakteristik yang hilang.

Padahal saat Apri bermain dengan Greysia Polii hingga merebut medali emas Olimpiade 2020, pola permainan mereka sangat variatif. Greysia juga mampu membimbing Apri dalam tiap rally-rally panjang. Sedangkan bersama Fadia, justru pasangan ini kerap kalah ketika terjadi rally-rally panjang yang memang lazim terjadi di sektor ganda putri.

photo
Pebulu tangkis ganda putri Indonesia Greysia Polii (kiri) berfoto dengan mantan pasangannya Apriyani Rahayu (kanan)
 

Kepala Pelatih Ganda Putri PBSI, Eng Hian pun juga seolah menutup mata dengan makin menurunnya pasangan ini. Hingga saat ini mereka sudah terlempar dari 10 besar dunia. Lagi-lagi, ini perlu perbaikan secepatnya untuk kembali membuat Apri/Fadia kembali ditakuti di awal kemunculan mereka. Karena memang pasangan ini yang paling berpeluang di antara ganda putri lainnya yang ‘masih begitu-begitu saja permainannya’.

Mengenai saran Greysia Polii kepada Eng Hian terkait pertukarangan pasangan di ganda putri juga tidak ada salahnya. Meski saat ini sedang berkejaran dengan waktu dalam perebutan poin ke Olimpiade Paris 2024, ya daripada dipaksakan untuk berpasangan dan tetap terjadi stagnasi untuk ganda-ganda putri Indonesia.

Di ganda campuran, mungkin bisa disebut sektor dengan kemunduran paling parah...

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement