Sabtu 05 Aug 2023 21:04 WIB

Perundungan Hingga Seks Bebas Masih Marak di Sekolah, Kemana Pencapaian Nawacita?

Mata rantai perundungan di sekolah seakan tak pernah terputus

Rep: Ronggo Astungkoro / Red: Nashih Nashrullah
Pelajar SMA PGRI 3 Surabaya membawa poster saat kegiatan kampanye gerakan anti perundungan (bullying). (ilustrasi)
Foto:

Politisi PKS itu geram dengan kian maraknya kasus perundungan yang semakin sering terdengar di media, dan merata terjadi di berbagai daerah. Bahkan, di antara korban yang masih pelajar sampai harus meregang nyawa.    

Padahal, sebelumnya, hasil Survei PISA 2019 oleh OECD, yang masih menjadi acuan Kemendikbudristek, sudah menempatkan Indonesia peringkat juara dalam kasus perundungan. Menurut survei tersebut diketahui 41 persen anak di Indonesia mengalami perundungan lebih dari satu kali dalam sebulan.

“Saya mendesak pemerintah khususnya Kemendikbudristek untuk menyatakan darurat bullying (perundungan) agar semua pihak terkait dan masyarakat sama-sama aware dan sadar bahwa kondisi ini jangan disepelekan,” kata dia.

Karena itu, pria asal daerah pemilihan Tegal dan Brebes itu mendesak pemerintah untuk mengevaluasi pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter yang menjadi salah satu pondasi program Nawacita Presiden RI.

Di samping itu, Kemendikbudristek RI juga telah meluncurkan program yang megah dan menghabiskan anggaran negara tidak sedikit yang bernama ‘Profil Pelajar Pancasila’. Program itu tertuang dalam Permendikbud RI Nomor 22 tahun 2020 tentang rencana strategis kementerian Pendidikan dan Kebudayan tahun 2020-2024. 

“Setelah enam tahun terbitnya Perpres 87/ 2017 dan tiga tahun Permendikbud 22/2020, maka kami jadi bertanya, apakah ini yang dinamakan hasil pendidikan karakter dan pelajar Pancasila? Apa jadinya masa depan bangsa bila kualitas pelajar saat ini lebih sering mempertontonkan urat ketimbang otak dan prestasi?” jelas dia.

Dia menyatakan, di berbagai media terlihat kian hobinya pelajar di berbagai daerah terlibat perundungan hingga mencoreng citra pendidikan di Tanah Air. Dinas Pendidikan Sragen Jateng misalnya mengungkap, ada 25 anak korban perundungan di Sragen menjadi mogok sekolah selama satu bulan terakhir.

Baca juga: Ketika Berada di Bumi, Apakah Hawa Sudah Berhijab? Ini Penjelasan Pakar

 

Di Samarinda, pelajar SMA nekat menikam temannya sendiri karena tidak tahan dibully, ada juga pelajar SMPN 2 Pringsutat Kabupaten Temanggung Jateng yang sampai nekat membakar sekolahnya karena dendam sering dibully oleh teman, bahkan oleh gurunya sendiri, ada juga kasus anak pejabat DPRD di Kota Ambon yang menganiaya pelajar hingga tewas.

 

“Selain itu, juga masih marak pelajar terlibat kekerasan dan tindak pidana baik di dalam maupun luar sekolah seperti tawuran, menjadi begal motor (pelaku klitih), narkoba, seks bebas, hingga prostitusi,” kata dia.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement