Rabu 02 Aug 2023 04:38 WIB

Jokowi Larang Para Hadirin Tepuk Tangan Saat Bicarakan Hal ini

Jokowi mengimbau semua pihak bersyukur.

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Erdy Nasrul
Presiden Jokowi dan Irian Jokowi saat tiba di Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma pada Sabtu (29/7/2023) usai kunjungannya ke China.
Foto: Laily Rachev/Biro Pers Sekretari
Presiden Jokowi dan Irian Jokowi saat tiba di Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma pada Sabtu (29/7/2023) usai kunjungannya ke China.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengajak masyarakat untuk bersyukur atas anugerah Allah SWT karena Indonesia bisa menghadapi pandemi Covid-19. Jokowi pun kembali mengingatkan keadaan yang mencekam saat pandemi terjadi.

Hal ini disampaikan Jokowi saat memberikan sambutannya dalam acara Zikir dan Doa Kebangsaan 78 Tahun Indonesia Merdeka, di halaman depan Istana Merdeka, Selasa (1/8/2023) malam.

Baca Juga

“Saya sendiri dengan Pak Wakil Presiden, dengan para menteri ga bisa membayangkan, ini Covid ini selesai kapan, tiap hari di jalan-jalan ambulans nguing-nguing, nguing-nguing semuanya. Sudah selesai yang Omicron ganti yang Delta, terus nanti ganti apalagi, kita ini tidak bisa menebak dan hanya bisa ikhtiar dan berserah diri kepada Allah SWT,” kata Jokowi Rabu (2/8/2023).

Dampak dari pandemi Covid-19 itupun tak bisa diperkirakan sebelumnya. Akibatnya juga terjadi krisis ekonomi global. Namun, Jokowi kembali bersyukur Indonesia bisa mengendalikan krisis yang terjadi dan mengelola ekonomi pasca pandemi kembali normal dalam waktu singkat.

Ia mengatakan, hingga saat ini sudah ada 96 negara yang menjadi pasien Dana Moneter Internasional (IMF). Indonesia sendiri sebelumnya pernah menjadi pasien IMF pada saat terjadi krisis di 1997-1998. Namun pada saat itu, jumlah negara yang menjadi pasien IMF tak lebih dari 10 negara.

“Ini sudah 96 negara jadi pasien IMF. Jangan ada yang tepuk tangan,” tambah dia.

Selain krisis kesehatan dan ekonomi akibat pandemi Covid-19, dunia juga dihadapkan krisis energi dan krisis pangan. Krisis energi dan pangan terjadi akibat perang di Ukraina yang menyebabkan terhambatnya distribusi gandum dari Ukraina dan Rusia ke berbagai negara.

“Gandum yang dari Rusia biasanya keluar bisa 130 juta ton, tidak keluar sama sekali. Dari Ukraina biasanya 70 juta ton, tidak bisa keluar sama sekali. Sehingga harga gandum naik dan banyak kekurangan pangan di banyak negara,” jelas Jokowi.

Sedangkan di sektor energi juga mengalami krisis akibat perang. Bahkan, kata Jokowi, kenaikan harga gas di salah satu negara di Eropa mencapai hingga 700 persen.

“Sekali lagi. Alhamdulillah. Patut kita syukuri. Jangan lupa mensyukuri nikmat yang diberikan Allah SWT kepada bangsa kita Indonesia,” kata Jokowi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement