Selasa 25 Jul 2023 14:16 WIB

Gandhi, My Father: India adalah Hindu Hingga Akar Kesumat Hindu-Islam

Semboyan India adalah Hindu makin terbukti sekarang ketika Muslim terus bermasalah.

Adegan film Ganhi, My Father. Terlihat anak Gandia Harial bertemu dengan bapak ibunya dalam sebuah perjalanan dengan kereta. Anak ini menjadikan batin Gandi paradoks karena dia menikahi anak Ali Jinah yang Muslim. Gandhi tak pernah merestui.
Foto:

Kisah Gandhi yang tragis di film itu seperti itu kemudian terkonfirmasi dari dua kali perjalanan ke Pakistan. Kisah itu diceritakan kembali pemandu saya selama perjalanan dua hari bermobil dari Lahore ke Islamabad dengan singgah di banyak tempat. Kesan begitu sengitnya perseteruan antara umat Hindu di India dan Islam pada tahun 1940-an, misalnya tampak jelas pada pertunjukan upacara pergantian pasukan yang menjaga perbatasan India dengan Pakistan di sebuah wilayah dekat Lahore.

Pada acara show itu saya sempat kaget dan geleng-geleng kepala. Kedua pihak jelas memerlihatkan sikap waspada dan sikap siap saling berkonfrontasi setiap saat. Celakanya, di sana ada bumbu agama. Di akhir show pihak Pakistan melantunkan ayat-ayat suci Alquran, sementara dari pihak tentara India yang berada di sebarang 'border' memperdengarkan' bacaan kitab suci Hindu keras-keras.

Sayangnya lagi dalam dua pembacaan ayat suci agama itu kedua diperdengarkan melaui persaingan keras-kerasan speaker. Suaranya sangat pekak sekali. Sahut menyahut. Keriuhan ini main bertambah karena di sela suara tersebut terdengar teriakan pekik semangat dari dua belah kubu. Kesan mau berantem antara umat Hindu dan Islam sangat kuat terasa.Saya yang kala itu duduk dan berada di kubu Pakistan merasakan  serunya persaingan. Bahkan rasa kebencan kepada mereka saudara satu ras yang memeuk hindu di India terasa kuat. Dinding di monumen perbatasan pun penuh dengan relief berupa gambaran ketika mereka terusir dari India yang kemudian mendirikan negara baru yang memakai dasar negara Islam: Pakistan.

''Saya bayangkan bila dahulu Gandi mengijinkan putranya masuk Islam dan menikahi anak Ali Jinnah, keadaan perseteruan tak seberat ini. Semboyan India adalah Hindu itu yang membuat Muslim di India saat itu gerah sehingga membuatnya memutuskan membentuk negara pecahan baru yang bernama Pakistan,'' kata pemandu saya. Bahkan saking geramnya pada India yang harus serba Hindu, bahasa urdu oleh Pakistan diganti ejaannya memakai huruf atau aksara Arab seperi yang kita kenal sekarang.

Alhasil, gambaran sengitnya persaingan itulah yang kembali muncul kini tahu ada perusakan masjid di India oleh sekelompok umat Hindu India. Sama dengan yang lainnya, Gandi dan umat Hindu India ternyata manusia biasa. Selain itu, bukankah berantem dan fanatik terhadap sebuah agama itu ternyata di derita semua anak manusia?

Lucunya, sekarang kesan yang ada tuduhan fundamentalis agama terkesan hanya kepada umat Islam? Padahal sebenarnya, selain Islam, Gandhi juga telah menjadi korbannya bukan? Ingat  ya, perdana menteri India terpilih hari, Narendra Modi (Narendra Damodardas Modi), ini juga punya catatan hidup tak nyaman. Ingat Modi sebelum jadi perdana menteri dahulu pernah ditolak masuk ke Amerika Serikat karena dianggap punya aliran pikiran yang hampir sebangun dengan orang yang menembak Gandhi.

Jadi adakah orang suci di dunia yang kian renta dan buta oleh permainan kekuasaan ini? Ingat di kekerasan kepada Muslimdi India itu paradoks dengan petuah Gandhi yang dulu kerap dikutip Soekarno: My Nationalism is humanity.

Atau jangan-jangan semua manusia itu paradoks. Bahkan tak peduli Gandhi yang seorang Mahatma sekalipun?

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement