Ahad 09 Jul 2023 23:54 WIB

Zoysia Matrella, JIS, dan Perdebatan yang tak Perlu

Perawatan lapangan sepak bola modern sangat kompleks dan rumit.

Stadion Parc des Princes milik PSG.
Foto:

Oleh : Israr Itah, Jurnalis Republika.co.id

 

Dalam satu wawancara dengan media, Calderwood mengaku sedikit menyakitkan jika orang berkata ia hanya seorang pemotong rumput. Sebab, butuh dedikasi, jam kerja, ilmu, dan pengalaman untuk sampai pada posisinya.

"Lapangan sepak bola modern sangat kompleks dan rumit. Saya menghabiskan tiga tahun penuh waktu di universitas dan saya bisa mengatakan 90 persem waktu saya dihabiskan di laboratorium untuk melakukan analisis tanah, gulma, pestisida, manajemen penyakit, angin, air, sinar matahari, program pemupukan, dan aerasi - ada begitu banyak hal," katanya saat itu.

Di PSG, ia mengaku mulai bekerja di lapangan dari jam 8 pagi hingga jam 5 sore jelang pertandingan. Ia dan para stafnya memotong rumput dua kali pada hari pertandingan untuk mencapai ketinggian yang tepat, yang biasanya didapatkan pada sore hari. Setelah pertandingan, lapangan langsung dibersihkan dengan cepat untuk memastikan rumput tetap dalam kondisi yang baik.

photo
Lapangan latihan PSG di Ooredoo Training Centre di Saint Germain en Laye, sebelah barat Kota Paris, Prancis. - (REPUBLIKA/Israr Itah)

Saat mengunjungi Amsterdam Arena milik Ajax pada pengujung tahun yang sama, saya juga tak bisa menginjakkan kaki ke tengah lapangan. Sebab, ketika saya mengikuti tur stadion, sedang dilakukan perawatan rumput lapangan yang melibatkan berbagai peralatan canggih. Ini demi memastikan rumput tetap prima saat musim dingin tiba. Yang bisa saya lakukan ketika itu hanya berfoto di sisi lapangan, di bangku tempat pemain cadangan dan pelatih duduk ketika pertandingan berlangsung.

Dari situ saya berkesimpulan, sebaik apa pun lapangan sepak bola dibuat, yang terpenting adalah perawatannya. Boleh jadi, rumput lapangan JIS pada awalnya sangat bagus, tapi dalam perjalanannya tak terawat maksimal karena JIS hampir sama sekali tak pernah digunakan untuk pertandingan sepak bola. Perubahan iklim Jakarta, yang terkadang amat panas tapi tiba-tiba turun hujan, berpeluang mendegradasi kualitas permukaan lapangan.

Saran saya, marilah setop perdebatan tak perlu soal JIS. Sebab, menuding rumput JIS tak memenuhi standar tentu tak sepenuhnya benar. Begitu pula sebaliknya, yang sibuk berteriak menyatakan kondisi rumput JIS saat ini masih nomor satu. Mari sambut gembira saja langkah pemerintah untuk memperbaiki kualitas lapangan dan berbagai fasilitas penunjang JIS. Toh, yang menikmatinya juga kita para penggemar sepak bola.

Saya merasakan betul nikmatnya menyaksikan pertandingan sepak bola yang digelar di lapangan yang bagus. Laga Liga 1 yang mempertemukan Arema FC vs Persib Bandung berjalan dengan sangat apik di atas rumput Stadion I Wayan Dipta, Gianyar, salah satu stadion yang sebelumnya direnovasi karena dipersiapkan untuk Piala Dunia U-20. Bola menyusur permukaan lapangan tanpa tersendat. Tak ada perubahan arah mendadak karena tanah bergelombang atau rumput yang keriting. Laju bola juga tak terhambat air meskipun lapangan diguyur hujan. Ini sudah pasti karena drainase yang bagus dan terawat.

Saya membayangkan betapa nikmatnya nanti para pesepak bola menunjukkan kemampuan olah bolanya dengan maksimal di atas rumput lapangan JIS yang sudah direnovasi. Ketika sepak bola sudah bisa dimainkan secara maksimal di atas lapangan dan disaksikan secara nikmat oleh para penggemarnya, untuk apa lagi ada perdebatan yang tak perlu?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement