Ahad 09 Jul 2023 05:55 WIB

Ibu, Ayah, Jangan Sepelekan Masalah Anak di Sekolah

Permasalahan anak di sekolah adalah perkara serius bagi keluarga.

Ilustrasi perundungan
Foto: pixabay
Ilustrasi perundungan

Oleh : Nora Azizah, Jurnalis Republika.co.id

REPUBLIKA.CO.ID, Belum hilang ingatan terkait kasus seorang siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Mojokerto, Jawa Timur, yang membunuh teman sekelasnya sendiri dengan sadis. Satu orang remaja berusia 15 tahun, dibantu kawannya berusia 19 tahun, tega membunuh teman sekelasnya di sekolah yang berusia 15 tahun.

Kedua pelaku membunuh korban yang berjenis kelamin perempuan dengan memasukkannya ke dalam karung. Jasad korban kemudian di bawah jembatan rel kereta api di DUsun Karangnongko, Desa Mojoranu, Sooko, Mojokerto, Jawa Timur.

Korban dan pelaku merupakan pelajar di SMPN 1 Kemlagi, Mojokerto. Korban dilaporkan hilang oleh pihak keluarga saat berpamitan pergi ke pasar malam pada 15 Mei. Saat itu, tersangka langsung membunuh korban dan memasukkannya ke dalam karung.

Pelaku juga mengambil ponsel dan motor milik korban, kemudian menjualnya. Hasil penjualan kedua barang kemudian dibagi dua tersangka.

Ternyata, motif tersangka hingga tega membunuh teman sekelasnya sendiri adalah karena sakit hati. Korban merupakan bendahara kelas yang bertugas mengumpulkan iuran siswa.

Tersangka menyebutkan bahwa dirinya menunggak iuran, kemudian korban menagihnya. Namun, tersangka menyebutkan bahwa cara korban menagih tidak menyenangkan sehingga membuatnya sakit hati.

Pelaku juga diketahui termasuk salah satu siswa yang sering mendapatkan Bimbingan Konseling (BP) di sekolah terkait kenakalan remaja. Pelaku diketahui juga pernah dikaitkan dengan kasus pencurian motor.

Dari peristiwa ini juga terungkap bahwa pelaku dan korban ternyata pernah menjalin asmara. Hal ini pula yang membuat pelaku masih menyimpan dendam dengan korban.

Tak hanya kasus siswa membunuh teman sekelasnya sendiri, kasus siswa membakar sekolah juga tengah menjadi sorotan. Seorang siswa SMPN Pringsurat di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, nekat membakar ruang kelas di sekolahnya.

Pelaku diketahui sudah merencanakan aksinya membakar sekolah sepekan sebelumnya. Pelaku menyiapkan sebuah benda menyerupai molotov yang dibuat dari botol bekas berisi cairan khusus.

Berdasarkan hasil penyelidikan, pelaku mempelajari cara membuat benda tersebut dari seorang kawannya. Ia pun sudah melakukan uji coba sebelumnya di belakang rumahnya.

Berdasarkan keterangan pihak sekolah, pelaku bukanlah anak nakal. Namun, pelaku kerap kali mencari perhatian di sekolahnya, baik dari teman atau guru.

Pelaku mengaku membakar sekolah karena merasa sakit hati. Pelaku merupakan korban perundungan di sekolah. Ia juga merasa sakit hati dengan guru yang juga kerap tidak menghargainya.

Berdasarkan dari dua peristiwa tersebut, orang tua dinilai memainkan peranan sangat penting terhadap perilaku anak. Hendaklah orang tua bisa lebih memperhatikan permasalahan yang dihadapi anak di sekolah.

Seorang anak terkadang memendam masalah yang terjadi di sekolahnya dari orang tua. Ada banyak faktor anak melakukan hal demikian, di antaranya orang tua tidak pernah mengajak anak mengobrol tentang sekolah. Misalnya, orang tua tidak pernah bertanya 'Bagaimana tadi di sekolah, apa semua baik-baik saja'.

Kemudian, saat di rumah tidak pernah ada waktu duduk bersama. Misalnya, terkadang obrolan antara orang tua dan anak bisa di bawa ke meja makan. Namun, karena tidak pernah ada jam makan bersama sehingga masalah di sekolah anak tak pernah tersampaikan.

Padahal, anak-anak yang kerap menjadi korban perundungan hingga akhirnya mendendam dan melakukan tindak kejahatan biasanya merupakan anak dengan kondisi kurang perhatian dan kasih sayang orang tua. Pola asuh yang salah juga bisa membawa anak memiliki karakter demikian.

Banyak hal yang bisa dilakukan orang tua untuk mencegah anak menjadi korban perundungan, atau merasa dendam kepada teman-temannya apabila mengalami perundungan. Ayah dan ibu bisa memahami ciri-ciri anak yang terlibat perundungan, misalnya, anak tampang murung, cemas, takut, cenderung menyendiri, tidak suka sekolah, atau sampai mendapatkan luka fisik.

Apabila ibu dan ayah melihat bahwa anak merupakan korban perundungan, sebaiknya cepat-cepat mengatasi hal tersebut. Orang tua harus mengajari anak bekal keterampilan sosial.

Ajari anak untuk percaya diri, ramah, murah senyum, peduli terhadap perasaan orang lain, hingga tidak segan membantu sesama. Hal ini sangat perlu ditanamkan pada anak agar mereka bisa bergaul dan memiliki kepribadian yang baik dengan teman dan lingkungan sekitar.

Tentunya, agar anak bisa membuka diri kepada orang tua hendaknya suasana rumah bisa diciptakan dengan lebih aman dan nyaman. Misalnya, meski ayah dan ibu sibuk bekerja, cipatakan satu waktu untuk duduk bersama anak. Entah itu saat makan malam, atau hanya sekedar menyantap camilan bersama sebelum tidur.

Orang tua perlu ingat bahwa tempat paling aman dan nyaman bagi seorang anak untuk pulang adalah rumah. Apabila anak sudah merasa tidak aman dan nyaman di rumah, hal ini bisa membuat anak tidak lagi bisa merasa bahagia atau percaya, bahkan kepada orang tuanya sendiri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement