Rabu 28 Jun 2023 10:36 WIB

Jejak Bakti Jumi di Doa dan Linangan Air Mata Orang Tuanya Asal Ciamis Jelang Wukuf

Bakti anak kepada orang tua terekan sampai wukuf di Arafah

Ayah Jumi ketika sedang wukuf di Arafah. Sepanjang wukuf dan hajinya dia selalu berlinang air mata dan mendoakan putrinya yang bernama Jumi. Dia yang pergi haji bersama isterinya yang bersal dari Ciamis, Jawa Barat, sellau terisak dengan menyebiuy kepergian haji ke tanah suci Makkah atas jasa putrinya yang daguku dia sekolahkan ke ITB.
Foto:

Birrul Walidain dalam Islam

Bagi saya, kisah JUMI diatas syarat dengan nilai spiritualitas yang menjulang. Symbol bhakti sang anak pada orang tua. Kisah Jumi dan perjuangan orangtuanya benar-benar menjadi tauladan untuk kita semua. Dalam Islam, bhakti terhadap orang tua (birrul walidain) memang sangat dianjurkan. Islam bahkan menghukuminya sebagai perintah wajib, bukan sekedar untuk memenuhi adab kesopanan. Kita sering mendengar ada ungkapan yang tidak asing di telinga kaum muslimin, “ridho Allah bergantung dari ridho orang tua'. Ternyata, ungkapan ini memang benar adanya. Ungkapan tersebut dinukil dari hadits yang diriwayatkan oleh HR. Tirmidzi, Ibnu Hibban, Hakim:

رِضَا اَللَّهِ فِي رِضَا اَلْوَالِدَيْنِ, وَسَخَطُ اَللَّهِ فِي سَخَطِ اَلْوَالِدَيْ

"Ridho Allah SWT Bergantung dari Ridho Orang Tua, kemurkaan Allah SWT bergantung dari kemurkaan orang tua”

Tingginya kedudukan birrul walidain dalam Islam juga ditunjukkan oleh beberapa firman Allah dalam Al-quran.  Sebagaimana dalam Surat Luqman: 14: 

"Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu."

Muhammad Quraish Shihab dalam Tafsir Al Mishbah menjelaskan bahwa melalui surat Luqman ayat 14 kita ditunjukkan bahwa berbakti kepada orang tua menempati urutan kedua setelah manusia menyembah dan mengagungkan Allah SWT. 

Bahkan dalam Islam perintah birrul walidain tidak hanya dilakukan pada saat kedua orang tua masih hidup, tetapi juga ketika mereka sudah meninggal. Dari Abu Usaid Malik bin Rabi’ah As-Sa’idi, berkata, “Ketika kami berada di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tiba-tiba datang seseorang dari Bani Salimah, ia berkata, “Wahai Rasulullah, apakah masih ada bentuk berbakti kepada kedua orang tuaku ketika mereka telah meninggal dunia?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,

 نَعَمِ الصَّلاَةُ عَلَيْهِمَا وَالاِسْتِغْفَارُ لَهُمَا وَإِنْفَاذُ عَهْدِهِمَا مِنْ بَعْدِهِمَا وَصِلَةُ الرَّحِمِ الَّتِى لاَ تُوصَلُ إِلاَّ بِهِمَا وَإِكْرَامُ صَدِيقِهِمَا

“Iya mendoakan keduanya, meminta ampun untuk keduanya, memenuhi janji mereka setelah meninggal dunia, menjalin hubungan silaturahim (kekerabatan) dengan keluarga kedua orang tua yang tidak pernah terjalin dan memuliakan teman dekat keduanya.” (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah)

Semua narasi diatas menjunjukkan betapa pentingnya kedudukan birrul walidain dalam islam. Disinilah salahsatu bukti keindahan ajaran islam sebagai agama yang memberi rahmat bagi semesta alam melalui keagungan tuntunan dan ajarannya dalam merawat peradaban. Berbuat baik dengan orang tua juga memberi manfaat pada keharmonisan keluarga, sebagai pilar penting kejayaan sebuah bangsa. Bukankah bangsa yang besar lahir dari keluarga-keluarga yang hebat. Dalam konteks ini birrul walidain menjadi kunci.   

Disinilah kisah Jumi bisa kita maknai. Semoga lahir Jumi-Jumi yang lain.

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement