REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Dinas Pertanian, Pangan, Kelautan dan Perikanan (Diperpautkan) Kabupaten Bantul memastikan bahwa ternak kurban untuk Idul Adha terbebas dari penyakit mulut dan kuku (PMK) dan Lumpy Skin Disease (LSD). "Kesehatan insyaallah sehat semua. Kami sudah ke lapangan sejak awal bulan, tidak ditemukan penyakit. Ternak- ternak yang ada di Bantul kondisinya aman untuk kurban," ujar Kepala Dinperpautkan Joko Waluyo kepada Republika.co.id, Senin (26/6/23).
Ia memaparkan, Bantul membutuhkan sebanyak hampir 7000 ekor sapi untuk kurban, sedangkan kambing dan domba sebanyak 15-16 ribu ekor. Jumlah tersebut berdasarkan data kebutuhan hewan kurban tahun lalu.
Bantul sendiri tidak memiliki stok ternak yang cukup, sehingga stok hewan kurban yang ada berasal dari luar. Pasokan sapi kurban yang masuk ke Bantul saat ini berasal dari luar seperti Kulonprogo, Gunungkidul, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Hewan kurban yang diperiksa adalah hewan kurban yang berasal dari luar Bantul dan berada di tempat penampungan hewan.
"Semuanya dari luar Bantul, dan sampai hari ini tidak ditemukan kekurangan untuk kurban," katanya.
Sementara itu harga ternak kurban juga mengalami kenaikan yang normal. Untuk kambing sebesar Rp 500 ribu hingga 700 ribu per ekor, sedangkan sapi sebesar Rp 2 ribu sampai 3 ribu per kilogram berat hidup. Jadi, apabila berat sapi sebesar 350 kg, maka kenaikan harganya sekitar Rp 700 ribu hingga Rp 1.050.000.
"Insya Allah untuk kurban semua layak dan sehat, dan tidak ada kekurangan ternak," katanya.