Senin 19 Jun 2023 06:38 WIB

Mengumandangkan Takbiran di 10 Hari Pertama Dzulhijjah

Takbiran di sepuluh hari pertama Dzulhijjah disebut kurang familiar.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Muhammad Hafil
  Mengumandangkan Takbiran di Sepuluh Hari Pertama Dzulhijjah. Foto:  Ketua Umum Ikatan Dai Indonesia (IKADI) KH Dr Ahmad Kusyairi Suhail
Foto:

Lalu Imam Ibnu Katsir juga menukil perkataan Imam Bukhari di atas, yaitu bahwa sahabat Ibnu Umar RA dan Abu Hurairah RA pernah keluar ke pasar pada sepuluh hari pertama Dzulhijah, lalu mereka bertakbir, lantas masyarakat pun ikut bertakbir (Lihat: Tafsir Ibnu Katsir, III/429).

Takbir yang dimaksudkan dalam penjelasan di atas adalah sifatnya muthlaq, artinya tidak dikaitkan pada waktu dan tempat tertentu. Jadi boleh dilakukan di pasar, masjid, dan saat berjalan. Takbir tersebut dilakukan dengan mengeraskan suara khusus bagi laki-laki.

Di dalam salah satu kitab rujukan Fiqh Madzhab Syafi'i, yaitu Al Fiqh Al Manhaji 'Ala Madzhab Al Imam Asy Syafi'i (Juz I hal. 226), disebutkan bahwa sahabat Ibnu Umar RA melakukan takbir itu di Mina, lalu didengar ahli masjid, mereka pun bertakbir, dan bertakbir pula orang-orang di pasar hingga takbir bergemuruh menggoncang Mina.

Ada juga takbir yang sifatnya muqoyyad,  artinya dikaitkan dengan waktu tertentu, yaitu dilakukan setelah shalat fardhu berjama’ah.

Takbir muqoyyad bagi orang yang tidak berhaji dilakukan mulai dari shalat Shubuh pada hari ‘Arofah (tanggal 9 Dzulhijah) hingga waktu ‘Ashar pada hari tasyriq yang terakhir (tanggal 13 Dzulhijjah). Adapun bagi orang yang berhaji dimulai dari shalat Zhuhur hari Nahr/Hari Raya Idul Adha (taanggal 10 Dzulhijah) hingga hari tasyriq yang terakhir.

Syekh Dr. Wahbah Az Zuhaili di dalam kitabnya yg populer, Al Fiqh Al Islami wa Adillatuhu (II/h. 386) mengatakan:

ويستحب التكبير في أيام العشر من ذي الحجة وهي الأيام المعلومات، لقوله تعالى: "ويذكروا اسم الله في أيام معلومات".

Dan disunnahkan takbir juga di sepuluh hari pertama Dzulhijjah, dan itu adalah *Ayyam Ma'lumat* (hari-hari yang telah ditentukan), berdasarkan firman Allah, "Dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan" (QS Al Hajj: 28)

Sebagian lagi, memasukkan takbir di sepuluh hari pertama Dzulhijjah, *termasuk amal shalih yang dicintai Allah* sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Ibn Abbas radhiyallahu ‘anhu  Nabi SAW bersabda:

مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ. يَعْنِى أَيَّامَ الْعَشْرِ. قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ « وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَىْءٍ

“Tidak ada hari yang amal shalih lebih dicintai Allah melebihi amal shalih yang dilakukan di sepuluh hari ini (yakni sepuluh hari pertama Dzulhijjah).” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, termasuk lebih utama dari jihad fi sabilillah? Nabi SAW menjawab, “Termasuk lebih utama dibanding jihad fi sabilillah. Kecuali orang yang keluar dengan jiwa dan hartanya (ke medan jihad), dan tidak ada satupun yang kembali (yakni mati syahid dan hartanya dirampas musuh).” (HR. Bukhari, no. 969, dan Turmudzi, no. 757, Ahmad, no. 1968).

Dalam riwayat yang lain, Nabi SAW bersabda:

“Tidak ada amalan yang lebih suci di sisi Allah dan tidak ada yang lebih besar pahalanya dari pada kebaikan yang dia kerjakan pada sepuluh hari al-Adha.”_ (HR. Ad-Daruquthni dalam Sunannya, dan di hasankan oleh Syekh Albani).

Imam Ibn Rajab mengatakan, hadits ini menunjukkan bahwa beramal pada sepuluh hari bulan Dzulhijjah lebih dicintai di sisi Allah dari pada beramal pada hari-hari yang lain, tanpa pengecualian.

وإذا كان أحب إلى الله فهو أفضل عنده

Dan apabila suatu amal itu lebih dicintai oleh Allah, artinya amal tersebut lebih afdhal(lebih utama) di sisi-Nya" (Lihat: Lathaiful Ma’arif, hal. 456).

Dalam kitab At Targhib wa At Tarhib (II/150), Imam Al Mundziri menceritakan, bahwa Sa’id bin Jubair (murid senior sahabat Ibnu Abbas), ketika memasuki tanggal satu Dzulhijjah, beliau sangat bersungguh-sungguh dalam beribadah, sampai hampir tidak mampu melakukannya, saking semangatnya.

Takbiran di sepuluh hari pertama Dzulhijjah juga termasuk dalam keumuman keutamaan dzikir sebagaimana hadits riwayat Samurah bin Jundub radhiyallahu 'anhu, Rasulullah SAW bersabda:

أَحَبُّ الْكَلَامِ إِلَى اللهِ أَرْبَعٌ: سُبْحَانَ اللهِ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ. لَا يَضُرُّكَ بِأَيِّهِنَّ بَدَأْتَ

Kalimat yang paling Allah cintai ada 4: Subhanallah, Alhamdulillah, Laa ilaaha illallah, dan Allahu akbar. Kamu mulai dengan kalimat manapun, tidak jadi masalah. (HR. Muslim, no. 2137).

Dari pemaparan di atas, jelaslah bagi kita tentang masyru'iyyah.(disyari'atkannya, dianjurkannya) dan asholah (orisinalitas) takbiran di sepuluh hari pertama Dzulhijjah, tentu dengan tetap menghormati kalau ada pendapat lain. Masalah ini termasuk bagian dari keluasan dan keluwesan ajaran Islam.

Yang paling penting, adalah kesungguhan kita, khususnya di hari-hari mulia ini, untuk memperbanyak amal shalih, dan semangat dalam melakukan kebaikan dan perbaikan, sehingga terwujud kebaikan kehidupan individu, keluarga dan masyarakat serta kebaikan bangsa dan negara menuju _

Baldatun Thoyyibatun wa Rabbun Ghafur. Dan akhirnya, kita pun semoga meraih kebaikan di dunia dan di akhirat. Amin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement