REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto, mengomentari usulannya soal Rusia-Ukraina. Prabowo berpendapat, usulan itu jadi polemik karena ini tahun politik dan dirinya merupakan salah satu capres.
Ia menerangkan, usulan itu disampaikan dalam Forum Menteri Pertahanan Dunia. Tapi, dari tahun ke tahun forum digelar, malah berubah cuma menjadi ajang banyak negara menyerang negara lain.
Misal, negara x dengan sekutunya akan menyalahkan negara b dan itu berlanjut. Prabowo menilai, itu merupakan forum yang bagus, tapi Indonesia selalu hadir hanya untuk mendengarkan paparan.
"Kurang bermanfaat, saya usulkan agar ada terobosan, saya buatlah usulan perrdamaian, kalau diterima monggo, tidak diterima tidak maslaah," kata Prabowo di Bandung, Kamis (15/6).
Ia merasa, apa yang diusulkannya itu salah satu langkah yang sudah dilaksanakan berkali-kali. Lucunya, Prabowo melihat, usai dibaca isinya orang-orang baru sadar kalau itu merupakan usulan Prabowo.
Menurut Prabowo, banyak yang merasa heran Indonesia berani memberi usulan seperti itu. Ia menilai, itu dikarenakan selama ini banyak negara-negara yang menganggap Indonesia negara rendah.
Tapi, ia mengingatkan, Presiden Jokowi sendiri sudah ke Kiev dan Moscow untuk memimpin usaha mencari perdamaian. Sebagai Menteri Pertahanan, Prabowo merasa harus menindaklanjuti usaha itu.
"Itu usaha saya, tapi mungkin ini tahun politik, kebetulan saya salah satu yang diperkirakan akan jadi capres, jadi apapun yang saya ngomong akan jadi pro kontra," ujar Prabowo.
Sebelumnya, usulan damai yang disampaikan Prabowo soal konflik Rusia-Ukraina menuai polemik. Banyak yang mengkritik karena usulan itu bukan berasal dari Menteri Luar Negeri atau Presiden Jokowi. Salah satu usulan yakni soal penetapan zona demarkasi dan referendum.