Selasa 13 Jun 2023 16:49 WIB

Wapres: Tak Cuma Baik dan Saleh, Pemimpin Dipilih Harus Lakukan Perbaikan

Para pemimpin diharapkan mampu membawa Indonesia menuju visi Indonesia-sentris.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Agus raharjo
Wakil Presiden KH Maruf Amin beserta rombongan terbatas bertolak menuju Uzbekistan untuk melakukan serangkaian agenda kunjungan kerja, Senin (12/06/2023).
Foto: BPMI/Setwapres
Wakil Presiden KH Maruf Amin beserta rombongan terbatas bertolak menuju Uzbekistan untuk melakukan serangkaian agenda kunjungan kerja, Senin (12/06/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin mengatakan kontestasi Pemilu 2024 dan Pilkada mendatang harus mampu melahirkan pemimpin yang tranformatif, baik, saleh, dan juga muslih. Kiai Ma'ruf menjabarkan, pemimpin tranformatif yang dimaksudnya adalah pemimpin yang terus melakukan perbaikan secara berkelanjutan.

Menurut Kiai Ma'ruf, pemimpin yang dibutuhkan untuk mencapai visi Indonesia Emas tidak cukup hanya baik, tetapi juga terus melakukan perbaikan. "Terwujud apabila Indonesia memiliki pemimpin yang transformatif, yakni pemimpin yang terus melakukan perbaikan secara berkelanjutan. Pemimpin transformatif, bukan hanya pemimpin yang baik, tetapi juga terus melakukan perbaikan," ujar Kiai Ma'ruf saat berdialog dengan diaspora Indonesia di sela kunjungan kerja ke Uzbekistan, Selasa (13/6/2023).

Baca Juga

Kiai Ma'ruf melanjutkan, yang dibutuhkan juga bukan hanya pemimpin saleh tetapi juga muslih. Muslih, menurut dia, adalah melakukan perbaikan-perbaikan demi tercapainya transformasi yang berkesinambungan.

Kiai Ma'ruf melanjutkan, pemimpin transformatif juga harus mampu menjaga komitmen kebangsaan yang diamanatkan para pendiri bangsa, yakni NKRI, Pancasila, UUD 1945, dan Bhinneka Tunggal Ika. "Oleh sebab itu, proses Pemilu dan Pilkada tahun 2024, harus diletakkan sebagai proses lahirnya pemimpin-pemimpin transformatif yang akan mengelola proses pembuatan kebijakan negara, baik di level nasional maupun daerah," katanya.

Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini mengingatkan masih banyak pekerjaan rumah yang harus dikelola dan diselesaikan pemerintah bersama rakyat Indonesia. Untuk itu, selain mengelola transformasi ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, para pemimpin kelak juga diharapkan mampu membawa Indonesia menuju visi Indonesia-sentris.

Selain itu, kata dia, berbagai langkah redistribusi pembangunan diupayakan guna mempercepat pemerataan kesejahteraan daerah di luar Jawa. "Kita desain agar daerah-daerah tumbuh dan berkembang sesuai potensi sumber daya alam yang dimiliki. Daerah yang maju adalah fondasi bagi ekonomi nasional yang lebih inklusif dan merata. Tidak hanya dari sisi keadilan ekonomi, tetapi Indonesia-sentris juga meneguhkan Indonesia yang majemuk, baik suku, agama, ras, identitas sosial, maupun budaya," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement