REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pesatnya perkembangan dunia digital memberikan manfaat, terutama bagi kaum muda, khusunya generasi Z maupun milenial. Mereka memiliki kesempatan dan peluang untuk mengoptimalkan kecanggihan media digital saat ini, salah satunya menjadi sumber pendukung perekonomian bangsa.
Potensi nilai ekonomi digital pada 2025 diproyeksikan mampu meningkat dua kali lipat, hingga mencapai 146 miliar dolar AS atau sekitar Rp 2.174 triliun. Apalagi, 40 persen pengguna interet di Asia Tenggara, berasal dari Indonesia.
Science Communicator danCo-Founder Pandemic Talk, Mutiara Anissa, menuturkan, media sosial (medsos) merupakan sarana menyampaikan informasi dan mengedukasi masyarakat menggunakan latar belakang keilmuan yang dimiliki. Menggunakan medsos, sambung dia, sama juga dapat menjadi jembatan antar pakar keilmuan dan masyarakat.
Menurut Mutira, dalam mengelola medsos, perlu membangun kepercayaan audiens dan mengembangkan konten yang relatable. "Aku percaya bahwa untuk kita bisa mengedukasi temen-temen di sosail media, kita harus memahami audiens dan mengambil trustworthy dari mereka," di webinar Obral Obrol Literasi Digital (OOTD) bertema 'Berdaya Guna di Media Sosial' dalam siaran pers di Jakarta, Sabtu (10/6/2023).
Sebagi content creator, ia berpesan, setiap orang harus menemukan sense of purpose. Tujuannya agar ketika membuat konten tidak hanya membagikan hal yang menyenangkan, tapi juga bermanfaat dan berdaya guna ke orang lain. "Itu juga sebenernya PR untuk teman-teman content creator, kita fit in di mana ya? Kita pasnya di mana?" ucap Mutira.
Digital Creator dan Affiliate Marketer, Ndan Masbon Usari, menerangkan, medsos tidak hanya sebagai platform untuk berbagi informasi, tetapi juga bisa menjadi sarana meraup cuan. Selain itu, medsos juga dapat menjadi sumber pendapatan tambahan, yang harus diiring dengan kesiapan yang baik secara mental maupun material.
Menurut dia, seseorang dalam menjalankan bisnis di medsos harus menjaga keamanan dan terus waspada terhadap upaya negatf yang dilakukan pihak lain. Sehingga, ketika berseluncur di dunia maya, menjaga etika dengan tidak saling menyerang sesama yang menimbulkan kerugian kepada orang lain.
"Jangan ngerecokin kalau aku punya bisnis aku nggak mau ngerecokin bisnis orang, aku juga nggak mau direcokin. Etika kita harus bener-bener dijaga banget," pesan Masbon.
Head of Leadership Center LSPR, Taufan Akbari menilai, diperlukan kecakapan dan budaya baik dalam dunia maya ketika membuat konten. Sehingga, diperlukan keinginan untuk mengubah budaya tidak baik dalam dunia digital, dengan kerja sama semua pihak.