Ahad 28 May 2023 17:23 WIB

Peran Perguruan Tinggi Lindungi Anak Bangsa dari Konsep Hidup Childfree

Para pengusung konsep hidup childfree dasarnya menolak yang disyariat Islam.

Penyebab seseorang mengambil keputusan childfree bisa merupakan sesuatu yang disadari ataupun tidak disadari.Penyebab yang dimaksud bukan hanya trauma, tapi bisa juga karena ikut-ikutan. 9ilustrasi)
Foto:

Alquran dan Pernikahan

Alquran sebagai rujukan utama syariat Islam, memiliki peran yang cukup signifikan dalam rangka memberikan panduan hidup manusia. Banyak ayat di dalam Alquran, baik secara implisit ataupun eksplisit yang menyatakan bahwa memiliki keturunan sebagai bagian sunnatullah untuk memberikan kesenangan dan ketenangan hidup manusia. Sehingga manusia menjadi bersemangat untuk melaksanakan ibadah kepada-Nya, baik ibadah mahdoh (ibadah langsung) ataupun ghairu mahdoh (ibadah tidak langsung atau ibadah sosial).

Hal tersebut, sebagaimana difirmankan oleh Allah Swt di dalam Alquran Surah Al-Furqon, ayat 74, yaitu: “Dan orang-orang yang berkata:’Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa”.

Terkait ayat tersebut, Wahbah Az-Zuhaili menjelaskan di dalam Tafsir Al-Munir bahwa do’a atau permohonan seseorang yang berharap memiliki istri dan anak-anak agar mendapatkan petunjuk dan hidayah dari-Nya dibolehkan. Sehingga mereka akan berada dalam keta’atan kepada-Nya. Hal tersebut, tentu dapat menenangkan dan menentramkan jiwa manusia (Wahbah Az-Zuhaili: 2013).

Penafsiran Wahbah Az-Zuhaili terkait ayat tersebut, secara implisit menegaskan bahwa pernikahan antara perempuan dan laki-laki salah satu tujuannya ialah mendapatkan keturunan. Secara jelas beliau mengungkapkan adanya keturunan diharapkan mampu memberikan ketenangan dan ketentraman bagi kehidupan manusia. Tentu saja, keturunan yang harus diharapkan ialah keturunan yan sholeh dan sholehah.

Dengan demikian, konsep childfree, sangat bertentangan terhadap tujuan dari pernikahan itu sendiri, yaitu salah satunya agar sepasang manusia mendapatkan keturunan. Dimilikinya keturunan, harapannya manusia bisa bersemangat menjalankan fungsi dirinya sebagai khalifatullah fil adrdh.    

Peran Perguruan Tinggi

Perguruan Tinggi memiliki peran yang cukup signifikan dalam rangka memberikan edukasi terkait konsep hidup childfree, agar sebisa mungkin dihindari oleh siapapun—khususnya bagi kita yang mengaku beragama Islam. Peran tersebut, bisa disampaikan oleh para dosen kepada mahasiswa ataupun masyarakat umum pada saat melakukan tridharma perguruan tinggi, mulai dari pengajaran, penelitian, hingga bahkan pengabdian kepada masyarakat.

Beberapa hal yang bisa dilakukan. Pertama, mengedukasi mahasiswa dan masyarakat umum bahwa konsep childfree bertentangan dengan maqashid syariah. Karena itu, sebisa mungkin mereka menghindari konsep hidup seperti itu. Bahkan, mereka harus didorong untuk berkeluarga dan memiliki keturunan, agar hidup menjadi lebih bersemangat.    

Kedua, mendapatkan keturunan sebagai upaya untuk menenangkan dan menentramkan jiwa agar bisa lebih dekat kepada Allah Swt. Karena, dengan adanya keturunan, kita bisa bersemangat menjalani hidup sebagai kelanjutan fungsi khalifatulah fil ardhi, baik konteksnya ibadah mahdoh ataupun ghairu mahdoh.   

Ketiga, hidup harus mengikuti sunnatullah dan nilai-nilai keislaman. Sebagai seorang muslim, sunnatullah dan nilai-nilai keislaman harus menjadi way of life, sehingga seluruh dimensi kehidupan yang kita jalani, tidak bertentangan terhadap ayat-ayat-Nya, baik ayat qauliyah ataupun kauniyah.

Tiga hal tersebut, paling tidak bisa menjadi kontribusi perguruan tinggi dalam rangka membendung paham hidup terkait childfree. Hal tersebut sebagai implementasi peran perguruan tinggi di masyarakat, ketika terdapat penyelewengan terhadap paham yang bertentangan dengan sunnatullah dan nilai-nilai keislaman.    

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement