Jumat 19 May 2023 04:51 WIB

Mencari Kasman Singodimedjo di Tatipy Padvinder

Kisah Kasman Singodimedjo sang aktivis dan pemimpin pergerakan Islam.

Kasman Singodimedjo bersama sahabat perjuangan; M. Natsir, Buya Hamka, Prawoto Mangkusasmito dan Keluarga Besar Bulan Bintang di acara Tasyakur Pelepasan Penjara di Masjid Agung Al-Azhar Kebayoran Jakarta  tahun 1967.
Foto: istimewa, fikrul hanif sufyan.
Kasman Singodimedjo bersama sahabat perjuangan; M. Natsir, Buya Hamka, Prawoto Mangkusasmito dan Keluarga Besar Bulan Bintang di acara Tasyakur Pelepasan Penjara di Masjid Agung Al-Azhar Kebayoran Jakarta tahun 1967.

Hadirnya Natipy, turut menyemarakkan hadirnya gerakan kepanduan pada masa Kolonial Belanda. Sebelumnya, telah hadir Nederlands–Indische Padvinders Vereeniging (NIPV), atau Persatuan Pandu-Pandu Hindia Belanda (1916), dan Indonesisch Nationale Padvinders Organisatie (INPO), Javaansche Padvinders Organisatie (JPO). Tidak hanya itu, organisasi sosial dan keagamaan pun meramaikan hadirnya gerakan kepanduan. 

Mulai dari Muhammadiyah (Hizbul Wathon), Sarekat Islam Afdeeling Pandu, Budi Utomo (Nationale Padvinderij), Jong Java (Jong Java Padvinderij), Jong Sumatra (Nationale Sumatra’s  Padvinderij), Taman Siswa (Siswo Projo), Al-Irsyad (Al Kasjaf wal Fadjrie), dan lainnya.

Sejak berdirinya kepanduan ini, seakan tidak terpisahkan dari acara openbaar vereeniging – atau rapat umum, maupun Kongres yang diselenggarakan JIB.

Dalam rapat umum kedua JIB yang diselenggarakan di Malioboro Yogyakarta pada akhir Desember 1927, Kasman mengerahkan anggota kepanduan Natipy untuk mengikuti kegiatan tersebut. 

Bertindak selaku speakers pada hari kedua, Kasman memberi antaran “Gerakan Natipy Yang Berpedoman pada Alquran” (De Indische Courant, 29 Desember 1927).  

“Dengan menggunakan rukun iman dan rukun Islam, saya ingin menyusun program persatuan untuk serikat pemuda Islam, di mana serikat ini bersatu dalam satu liga: Al-Islam Ligue-Indonesia,” demikian tegas Kasman di depan massa (de Locomotief, 28 Desember 1927).

Mewujudkan persatuan di antara liga-liga pemuda Islam, lanjut Kasman haruslah menyatukan seluruh pemuda melalui pendidikan, untuk mengabdi kepada Allah, dan mempersiapkan mereka untuk gerakan Al-Islam.

Kasman pun berimaji, dalam Al-Islam Ligue-Indonesia, mempunyai majelis ulama yang pengurusnya diisi oleh ahli di bidang psikologi, pedagogi, hukum dan ilmu politik, teknologi, pertanian, perdagangan, industri, dan lain-lain.

Setahun kemudian, pada 22-26 Desember 1928, kembali Kasman mengerahkan anggota Natipy untuk menghadiri Kongres ke-4 JIB yang diselenggarakan di Bandung. 

Dimulai pada hari pertama dengan kata sambutan oleh pengurus utama, penyambutan delegasi yang berasal dari berbagai daerah, dan ditutup dengan acara api unggun. Sedangkan pada hari Ahadnya, dilaksanakan rapat tertutup yang melibatkan Natipy dan JIB (de Locomotief, 27 Desember 1928).

Rapat umum pada hari pertama diselenggarakan di Ons Genoegen. Usai penyampaian sambutan dari ketua JIB, dilanjutkan dengan pemaparan dari Bupati Bandung R.A.A Wiranatakoesoemah, mengenai “Damai melalui doa”. Pascatampilnya bupati Bandung, tampil murid dari Tjokroaminoto S.M Kartosoewirjo, yang menyampaikan materi “Apa yang diajarkan Islam kepada kita". 

Pada hari Selasa, Kasman tampil di depan anggota Natipy. Kali ini, Kasman tampil bersama menyajikan materi mengenai Nilai dan Makna Islam dari Sudut Pandang Agama dan Sejarah.

Di akhir pemaparannya, Kasman mengingatkan pada anggota Natipy agar mempelajari dan mencontohkan ketaatan dalam Islam kepada calon-calon anggota. “..., cobalah untuk memupuk dan mempromosikan Islam yang sebenarnya. Dan jadilah sebagai pembuat kebijakannya. Menyemai kontak antara intelektual muslim dan masyarakat melalui ajaran Islam.”

Kelihaian Kasman dalam memilih diksi, menanamkan kesadaran dan membakar semangat anggota Natipy dan JIB – di kemudian hari menjadikannya tokoh yang diperhitungkan dalam pentas politik nasional.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement