REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Pelaksana KSO Bukit Algoritma, Budiman Sudjatmiko mengatakan, proyek Silicon Valley-nya Indonesia, yaitu Bukit Algoritma sejatinya dimulai sejak 9 Juni 2021, tatkala dilakukan peletakan batu pertama (groundbreaking). Berdasarkan target jangka pendek tiga tahun, dia menyebut, Bukit Algoritma sudah bisa dimanfaatkan pada 2024.
"Harusnya 2024 ini beberapa gedung yang sudah ada bisa dipakai, targetnya (operasional) 2024," kata Budiman saat dikonfirmasi Republika.co.id di Jakarta, Rabu (17/5/2023).
Meski begitu, menurut Budiman, hingga kini, belum ada skema siapa yang menempati gedung di Kabupaten Sukabumi tersebut. Namun demikian, ia memastikan, beberapa perusahaan atau tenant bisa menempati gedung lama yang bisa dipakai tersebut.
Baca: KPK Tahan Eks Dirut Amarta Karya, Tersangka Korupsi Subkontraktor Fiktif
Dia menjelaskan, beberapa pengusaha yang berminat untuk beroperasi di Bukit Algoritma merupakan perusahaan dalam negeri. Sedangkan untuk luar negeri, menurut Budiman, beberapa perusahaan dari Inggris sejauh ini juga menunjukkan minat.
"Dari luar negeri ini perusahaan untuk teknologi peternakan, jadi ada pertanian, dan peternakan serta air bersih," jelas politikus PDIP tersebut tanpa menjelaskan nama perusahaan yang dimaksud.
Dalam pemaparannya, Budiman mengakui, belum ada progres lanjutan pembangunan fisik Bukit Algoritma sejak dilakukan groundbreaking sekitar dua tahun lalu. Sejauh ini, pihaknya baru melakukan perombakan terhadap beberapa bangunan yang memang sudah berdiri sebelumnya di Kecamatan Cibadak dan Cikidang, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
"Belum, belum (ada progres di Bukit Algoritma). Progresnya lebih banyak ke salah satu teknologi yang sudah ada kita terapkan saja. Blockchain dan lainnya," kata aktivis 1998 itu.
Baca: Warga Sekitar Berharap Proyek Bukit Algoritma Segera Dilanjutkan
Disinggung apakah tidak adanya progres pembangunan di Bukit Algoritma lantaran perusahan rekanan PT Amarta Karya (AMKA) terjerat kasus hukum di KPK, Budiman menepisnya. Dia menegaskan, tidak ada hubungan lambatnya progres Bukit Algoritma dengan korupsi yang menjerat perusahaan kontraktor tersebut.
"Rasa-rasanya ngga (ada hubungan). Kalau hambatan, bukan itu, soal tahap pencairan investasinya. Alasannya karena pencairan investasi yang bertahap itu. Harus bertahap," kata Budiman menegaskan.
Disinggung tahapan awal investasi senilai Rp 18 triliun untuk mengembangkan Bukit Algoritma, Budiman mengaku masih berharap investor segera mencairkannya. Hanya saja, ia tak memerinci investasi yang sudah cair untuk proyek atau yang akan dicairkan dalam waktu dekat.
Baca: Dua Tahun Bukit Algoritma di Sukabumi, Kades: Belum Ada Kejelasan