REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hasil survei Segara Research Insitute menunjukkan kehadiran aplikasi dan platform digital Kemendikbudristek disambut baik oleh pelaku dunia pendidikan. Respons positif itu disebut tak terlepas dari tingkat penerimaan pelaku dunia pendidikan terhadap kemajuan teknologi dan digitalisasi.
“Hasil survei menunjukkan kehadiran aplikasi dan platform digital Kemendikbudristek disambut sangat baik oleh pelaku dunia pendidikan, dalam hal ini kepala sekolah, guru, dosen dan mitra/industri,” ujar Direktur Eksekutif Segara Insitute, Piter Abdullah, dalam pemaparannya secara daring, Jumat (12/5/2023).
Dengan menggunakan skala likert 10, yakni 1 sangat tidak setuju hingga 10 sangat setuju, nilai rata-rata yang didapatkan dari penilaian kepala sekolah ada di angka 9,14. Sementara untuk guru 8,61; dosen 9,36; dan 9,24 untuk mitra/industri.
Respon positif itu, menurut Piter, tidak terlepas dari tingkat penerimaan pelaku dunia pendidikan terhadap kemajuan teknologi dan digitalisasi. Tingkat penerimaan yang dimaksud adalah sejauh mana individu mengikuti dan beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan digitalisasi.
Secara rata-rata, tingkat penerimaan kepala sekolah terhadap hal itu ada di angka 8,84; guru di angka 8,67; dosen di angka 8,81; dan mitra/industri di angka 8,69.
“Hasil ini juga mengindikasikan bahwa hampir seluruh kepala sekolah, guru, dosen dan mitra/industri sangat terbuka pada perkembangan teknologi dan digitalisasi,” kata dia.
Meski demikian, hasil survei menemukan bahwa tidak semua responden sudah menggunakan dan memanfaatkan aplikasi dan platform digital Kemendikbudristek. ARKAS menjadi aplikasi/platform digital dengan tingkat penggunaan tertinggi.
Sebanyak 1.479 sekolah mulai dari SD hingga SMA/K dari 1.521 total responden sekolah sudah menggunakan ARKAS dalam perencanaan kegiatan dan anggaran sekolah. Sementara itu, SIPLah menjadi aplikasi/platform digital dengan tingkat penggunaan terendah, yakni 1.080 sekolah dari 1.521 total responden sekolah atau 71 persennya.
Menurut Piter, masih rendahnya penggunaan SIPLah maupun aplikasi/platform digital yang lain dipicu sejumlah faktor. Antara lain kendala akses internet dan listrik di daerah yang tidak mendukung, kebutuhan sekolah maupun guru belum tercukupi melalui aplikasi/platform digital tersebut, sekolah sudah memiliki sistem internal sendiri, serta kurang mendapat sosialisasi dan bimbingan teknis secara langsung.
Survei itu juga menggali tentang kualitas dan kemudahan teknologi aplikasi dan platform digital Kemendikbudristek. Kualitas dan kemudahan itu dinilai dari empat aspek, yaitu user friendly, user interface, fitur dan integrasi antar aplikasi. Setidaknya empat hal tersebut yang lazim menjadi penentu sebuah aplikasi/platform digital disukai oleh penggunanya atau tidak.
“Dengan menggunakan skala likert 10 menunjukkan bahwa aplikasi dan platform digital Kemendikbudristek memiliki kualitas dan kemudahan yang baik dengan nilai rata-rata 8,81 untuk Rapor Pendidikan, 8,73 untuk ARKAS, 8,6 untuk PMM, 8,43 untuk SIPLah, dan 7,69 untuk Kedaireka,” jelas dia.