REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Sejumlah bencana alam terjadi di Kabupaten Garut dalam beberapa hari terakhir. Kejadian bencana itu masih disebabkan hujan dengan intensitas tinggi yang masih sering terjadi di wilayah Kabupaten Garut.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut Satria Budi mengatakan, saat ini daerahnya masih menghadapi masa pancaroba atau peralihan musim. Alhasil, hujan masih sering terjadi di sejumlah wilayah Kabupaten Garut.
Karena itu, ia mengimbau masyarakat untuk tetap waspada menyikapi siklus perubahan cuaca. Ia juga meminta masyarakat meningkatkan kembali budaya gotong-royong dengan cara membersihkan gorong-gorong yang telah mengalami pendangkalan atau sedimentasi.
"Tidak membuang sampah sembarangan, dapat menanam pohon tegakan yang berakar kuat untuk menahan erosi, dan meningkatkan kembali budaya siskamling untuk lebih efektif dalam memberikan informasi terhadap lingkungannya," kata Satria melalui siaran pers, Ahad (7/5/2023).
Sebelumnya dilaporkan kejadian bencana tanah longsor melanda wilayah Desa Cisarua dan Desa Parakan, Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut, pada Sabtu (6/5/2023). Akibatnya, terdapat lima rumah yang terdampak, 49 rumah terancam, serta beberapa fasilitas umum mengalami rusak berat, seperti madrasah, masjid, serta makam umum.
Satria mengatakan, pihaknya telah membersihkan material lonsoran yang menghambat dan menggangu pada saluran air. BPBD Kabupaten Garut juga telah menyerahkan bantuan dukungan kebutuhan makanan dari Dinas Sosial.
"Hari ini dilanjutkan penormalan saluran dibantu alat berat dari dinas PUPR Kabupaten Garut, untuk mempercepat proses pembersihan material longsoran," kata dia.
Satria mengatakan, tidak ada korban jiwa akibat adanya bencana longsor ini. Pasalnya, masyarakat dapat melakukan mitigasi secara mandiri.