REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ketua Umum Partai Buruh dan KSPI, Said Iqbal, mengklarifikasi aksi cium tangan terhadap bakal calon presiden (capres) dari PDIP, Ganjar Pranowo, karena menghormati tokoh yang memiliki tugas fungsi bagi negara. Menurut dia, hal itu juga dilakukannya terhadap tokoh lain seperti Anies Baswedan hingga Prabowo Subianto.
Namun demikian, saat mengklarifikasi sikapnya terhadap kader PDIP yang juga pengusung Omnibus Law Cipta Kerja itu, dia meminta agar tidak menghakimi perbedaan politik. Ihwal menceritakan tuntutan pencabutan Omnibus Law kepada Ganjar, Said Iqbal, menjelaskan beberapa alasan mencium tangan terhadap tokoh tersebut karena beberapa faktor, salah satunya upah rendah di Jawa Tengah yang bukan disebabkan oleh Ganjar.
“Jateng upah minimum paling rendah se-Indonesia, salah. Upah minimum (di Jateng) itu dari 1982, awalnya disebut kebutuhan fisik minimum (KFM) diubah menjadi kebutuhan hidup minimum (KHM) hingga diubah menjadi kebutuhan hidup layak (KHL). Dan upah murah di Jateng itu dari 1982, jadi bukan karena pak Ganjar,” kata Said Iqbal dalam konferensi pers daring, Kamis (4/5/2023).
Dia mengatakan, upah rendah berdasarkan item yang disurvei secara langsung di pasar berjumlah 60. Dengan adanya upah kecil di Jawa Tengah, dirinya membandingkan dengan Jakarta yang dipastikan jauh berbeda.
“Orang nyinyir juga, UMP Jateng rendah, padahal itu karena standar tadi, Pak Anies juga kok UMP rendah dari Karawang? Ya karena regulasi pada waktu survei Karawang lebih besar dibanding DKI, walaupun itu juga tidak masuk akal. Sama-sama ada kelemahan, kelebihan,” tutur dia.
Pernyataan upah rendah itu, menyusul pertemuan Said Iqbal dengan Ganjar sesaat aksi May Day 1 Mei lalu. Pada pertemuan dengan Ganjar, Said dikritik karena mencium tangan Ganjar yang nyatanya lebih muda dan berhubungan erat dengan pengusung utama Omnibus Law Cipta Kerja, hal yang ditolak mentah-mentah pihak buruh selama ini.
Dalam pernyataannya, Said Iqbal berkilah bahwa aksi cium tangan itu merupakan sikap adab dan aklak yang baik. "Tentang adab dan akhlak. Itulah ajaran umi dan waled saya," ujarnya.
Menurut Said, ia datang ke pertemuan itu sebagai seorang manusia biasa, tanpa atribut apa pun. "Ada yang salah? Silakan dilihat, saya datang sebagai manusia biasa dengan baju kaus tanpa atribut apa pun," katanya.