Gatal-gatal dan sesak nafas
PT KCN memang telah ditutup. Luka dari copot seluruh kuku Khanza juga sudah mengering, warga bisa bernapas lebih baik untuk sesaat. Namun masih ada aral yang melintang. Setiap malam atau saat angin kencang warga Rusun Marunda kembali merasakan hal sama ditambah gatal di semua bagian kulit dan sesak nafas.
Pengurus Forum Masyarakat Rusunawa Marunda (FMRM) Cecep Supriyadi mengatakan, data terbaru hingga awal bulan lalu menunjukkan penderita baru. Menurut dia, ada laporan penyakit sama yang dialami oleh 66 warga Rusunawa Marunda Blok D3.
“Balita sampai lima tahun jumlahnya 17 orang. Anak-anak 6-15 tahun 18 orang, remaja dua orang dan lansia 60-70 tahun enam orang,” kata Cecep.
Paling banyak, lanjut dia, usia dewasa 23 hingga 58 tahun sebanyak 23 orang. Gejala yang dialami, mulai dari sesak nafas, iritasi kulit, hingga operasi kornea.
“Tapi yang udah operasi itu tidak mau terus ditanya atau bilang ke media,” keluh Cecep sambil mengingat penyebabnya karena debu. Menurutnya, data yang ada hanya sementara, dan diperkirakan masih akan terus bertambah.
“Data kami dapatkan secara door to door untuk bertanya langsung kepada warga,” jelas dia.
Menanggapi silang sengkarut polusi udara di wikayah Jakarta utara, Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) DKI Jakarta, Nurjaman, mengatakan, pihaknya sempat menolak dan meminta agar penutupan PT KCN dipertimbangkan.
Karena jika keberlangsungan usaha dipertahankan, menjadi keuntungan tersendiri bagi para pekerja khususnya asal Jakarta Utara. “Harapan kami dari Apindo, sebaiknya dicari solusi bagaimana agar semua bisa berjalan,” kata Nurjaman.
Dia meminta agar Pemprov DKI bisa memfasilitasi usaha yang seharusnya tetap berjalan, meski sudah resmi ada pencabutan izin PT KCN. Dia menambahkan, PT KCN sebagai perusahaan transit bongkar muat batubara dari kiriman asal Kalimantan hingga Sumatra untuk disebar ke berbagai daerah.
Karenanya, keterlibatan PT KCN menjadi penting di dunia usaha. “Pemerintah harus hadir dan memberi solusi bagi kelangsungan usaha dan warga,” tutur dia.
Lalu, bagaimana respons pemerintah DKI? Pejabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono, sempat menyoroti persoalan debu batubara yang kembali mencemari lingkungan rumah susun sederhana sewa (rusunawa) di Marunda, Cilincing, Jakarta Utara.
Menurut dia, hal itu telah dikoordinasikan dengan jajarannya untuk ditindaklanjuti. “Itu saya minta Pak Wali Kota tiga hari yang lalu untuk bisa memfasilitasi,” kata Heru dalam keterangannya, beberapa waktu lalu.
Dia mengakui, hal itu memang berdampak jelas kepada lingkungan. Heru menegaskan, pihaknya akan meminta lebih jauh penanganan debu di Marunda.
“Ya, harus diperbaiki. Harus ada catatan khusus dari Dinas Lingkungan Hidup DKI ke perusahaan yang bersangkutan,” tuturnya.
Meski demikian, dirinya menyebut jika PT Karya Citra Nusantara (KCN) Marunda yang sudah ditutup karena pencemaran udara, bisa dibuka kembali. Asalkan, berbagai persyaratan yang diminta DLH dipenuhi.