Kamis 02 Mar 2023 23:52 WIB

Komentari Maraknya Kekerasan Remaja, KH Adian Husaini: Pendidikan Minim Ketaladanan

KH Adian Husaini menekankan pentingnya keteladanan untuk remaja

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti / Red: Nashih Nashrullah
Ketua Umum Dewan Dawah Islamiyah Indonesia, KH Dr  Adian Husaini, Kiai Adian mengingatkan pentingnya keteladanan.
Foto: Dok DDII
Ketua Umum Dewan Dawah Islamiyah Indonesia, KH Dr Adian Husaini, Kiai Adian mengingatkan pentingnya keteladanan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Maraknya kasus kekerasan di kalangan remaja menjadi tantangan berat bagi dunia pendidikan. 

Ketua Program Doktor Pendidikan Islam di Universitas Ibnu Khaldun Bogor, Dr Adian Husaini, menjelaskan di era kebebasan informasi tantangan di bidang pendidikan semakin berat.  

Baca Juga

"Perlu adanya penguatan akhlak dengan mengintegrasikan keluarga dan masyarakat mengacu pada konstitusi UUD pasal 31 ayat 3, yakni Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang- undang"ujar dia kepada Republika.co.id, Kamis (2/3/2023). 

Saat ini masyarakat di Indonesia belum benar-benar mementingkan pendidikan akhlak. Mereka masih berkutat pada capaian pendidikan demi intelektualitas semata.  

Seperti ujian matematika yang masih lebih dipentingkan dibandingkan akhlak seorang anak. Akibatnya pendidikan kurang melahirkan orang baik. 

"Dan seharusnya di sekolah atau perguruan tinggi jika murid atau mahasiswa mereka tidak memiliki akhlak mulia seharusnya tidak mudah untuk diluluskan," jelas dia.  

Sehingga ketika mereka memiliki akhlak yang baik tentu tidak akan mudah untuk menyakiti sesama. Jangankan sesama menyakiti tanaman atau hewan saja tidak bisa karena Islam melarangnya.  

Bahkan Islam mengajarkan bahwa membiarkan duri di jalan pun tidak boleh. Karenanya menyingkirkan duri memiliki pahala besar meski sebuah tindakan yang ringan.  

Selain itu pendidikan di Indonesia saat ini minim keteladanan. Salah satunya karakter kejujuran, berapa banyak pejabat negeri ini yang mampu menjadi teladan dari sikap jujur.  

Padahal keteladanan ini menjadi tolak ukur bagaimanan seorang anak akan bersikap. Karena anak akan mencontoh apa yang dilakukan oleh sosok teladan seperti presiden, dpr, menteri, gubernur, bupati, wali kota, kepala sekolah, guru dan orang tua. 

Keberhasilan pendidikan karakter saat ini terlihat berhasil di Finlandia. Satu contoh misalnya, mereka menyebar 12 dompet berisi alamat dan uang di berbagai fasilitas publika, dan tidak berapa lama 11 dari 12 dompet kembali kepada pemiliknya. 

"Jika contoh tersebut diterapkan di Indonesia, apakah dompet itu akan kembali misal di taruh di tempat ibadah atau pasar, ini pekerjaan rumah dunia pendidikan saat ini," ujar dia.  

Ketua Umum Dewan Da’wah Islamiyah (DDII) ini juga menjelaskan meski marak terjadi kekerasan remaja, namun Indonesia tetap memiliki remaja yang berhasil dan sukses. Tanpa menafikan adanya kasus-kasus kekerasan tersebut. 

Dan seharusnya banyak orang tua yang mencontoh keberhasilan mendidik anak dengan karakter yang berhasil tersebut. Inilah yang juga menjadi tanggung jawab orang tua dalam mendidik anaknya di rumah.

Saat ini memang orang tua juga masih minim pendidikan keluarga. Di perguruan tinggi banyak jurusan dengan lulusan yang siap bekerja. 

Namun hampir tidak ada jurusan yang mengajarkan pasangan atau orang tua bagaimana mendidik anak yang baik. Saat ini hanya ada beberapa kursus singkat  mengenai pendidikan keluarga salah satunya pondok pesantren yang diasuh Kiai Adian.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement