REPUBLIKA.CO.ID, Jakarta – Pemerintah terus melakukan upaya kemanusiaan untuk menyelamatkan Pilot Susi Air, Philip Mark Mehrtens yang disandera Kelompok Separatis Teroris (KST) Papua pimpinan Egianus Kogoya. Penyanderaan tersebut berdampak kepada aktivitas pengiriman logistik untuk sejumlah wilayah terpencil di Papua yang masih menggunakan jalur penerbangan perintis.
Dalam keterangan pers yang disampaikan, Susi Pudjiastuti selaku Presiden Direktur ASI Pudjiastuti Aviation menyatakan bahwa penyanderaan tersebut menghambat penerbangan ke sejumlah lokasi, sekaligus menutup 70 persen jalur pengiriman logistik untuk kebutuhan pokok warga Papua.
“Penerbangan ke sejumlah lokasi pegunungan untuk pengiriman logistik dapat mencapai 30 hingga 40 kali flight dalam satu hari. Berlarutnya penyanderaan yang dilakukan KST Papua menghambat kiriman logistik untuk para masyarakat Papua yang masih tinggal di sejumlah lokasi terpencil karena hanya bisa diakses melalui pesawat perintis,” ujar Susi di Jakarta pada Kamis (2/3/2023).
Sementara itu Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama Kab. Jayapura, Albert Yoku mengatakan, para pilot pesawat perintis merupakan pahlawan pembuka keterisolasian dan pahlawan peradaban baru bagi orang Papua. Pengorbanan para pilot tidaklah kecil untuk bisa membawa peradaban dan pembangunan di Papua pegunungan, karena mereka mempertaruhkan nyawa dengan jalur yang pendek dan cuaca yang kadang buruk. Untuk itu, penyanderaan pilot hanya akan memperlambat suplai logistik bagi masyarakat Papua.
“Kalau 1 pilot ini menyebabkan 1000 pilot tidak terbang melayani masyarakat di Pegunungan, ini menjadi kemunduran yang luar biasa. Pilot itu adalah orang yang berjasa karena dia meninggalkan keluarganya dan siap menerima resiko di wilayah itu, sehingga para pimpinan adat harus bicara soal matinya perkembangan.” Imbuh Albert Yoku.
Dalam kesempatan yang berbeda, Menkopolhukam Mahfud MD menyatakan hingga saat ini Pemerintah masih memperioritaskan upaya persuasif dalam menyelamatkan Pilot Susi Air. Tidak hanya menyandera pilot, KST Papua juga membakar pesawat jenis Pilatur Porter dan menyandera lima orang lainnya.
“Keselamatan para sandera merupakan prioritas utama, oleh sebab itu Pemerintah melakukan pendekatan secara persuasif namun tidak menutup opsi lain jika langkah tersebut dianggap tidak efektif”, jelas Mahfud MD.
Upaya melalui cara kekerasan dan kekuatan militer merupakan salah satu cara terakhir untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Penggunaan cara kekerasan atau melakukan serangan langsung ke sasaran kelompok teror harus dipertimbangkan dan dikalkulasi secara cermat karena akan menimbulkan dampak dan reaksi dari dunia internasional.