Selasa 28 Feb 2023 17:37 WIB

Duh, Hanya 32,75 Persen Pekerja Punya Dana Cadangan untuk Sepekan

Pekerja di Indonesia kerap mengandalkan layanan keuangan nonperbankan untuk pinjaman.

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan/ Red: Mansyur Faqih
Indef mengatakan, berdasarkan studi yang dilakukan World Bank, hanya ada 32,75 persen orang Indonesia yang bisa menyediakan dana cadangan untuk tujuh hari.
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Indef mengatakan, berdasarkan studi yang dilakukan World Bank, hanya ada 32,75 persen orang Indonesia yang bisa menyediakan dana cadangan untuk tujuh hari.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Indef, Izzudin Al Farras, mengatakan, berdasarkan studi yang dilakukan World Bank, hanya ada 32,75 persen orang Indonesia yang bisa menyediakan dana cadangan untuk tujuh hari. Jumlah itu dia sebut ada di bawah rata-rata dunia yang sebesar 40 persen dengan cadangan dana di rentang waktu yang sama.

“Juga lebih rendah dibanding negara-negara ASEAN lainnya,” kata Farras dalam diskusi publik yang diadakan GajiGesa dan Indef bertajuk “EWA Datang, Rentenir Meradang?” di Jakarta, Selasa (28/2/2023).

Menurut data Bank Dunia, kata dia, sumber dana darurat yang ada biasanya bersumber dari keluarga sebanyak 44,42 persen. Berdasarkan temuan Indef, alasan kebutuhan mendadak masyarakat Indonesia karena berkaitan dengan keluarga dengan cakupan survei mencapai 78,9 persen. Lalu disusul kesehatan 37,6 persen dan 10,1 persen untuk pembayaran utang.

Dengan demikian, kata dia, pekerja di Indonesia kerap mengandalkan layanan keuangan non-perbankan dalam mendapatkan pinjaman. Oleh sebab itu, direkomendsikan adanya pembiayaan alternatif demi memenuhi kebutuhan mendadak para pekerja ke depannya.

Salah satu yang bisa dilakukan berdasarkan studi yang dilakukan Indef dan GajiGesa, kata dia, adalah dengan membuat aturan baru mengenai sistem gaji instan oleh OJK. “Selain itu, menginisiasi pembuatan kajian atau naskah policy paper untuk dorong aturan,” katanya.

Dia mencontohkan, di India, sudah diterapkan gaji instan atau earned wage access (EWA) bagi pekerjanya. Sistem yang ada tersebut, dapa meringankan perlindungan bagi pegawai dengan menghindari rentenir dan pinjaman online ilegal dipotong dari gaji selama bekerja sebulan sesuai hari yang sudah dilalui.

Sementara itu, Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Komunikasi dan Informatika, Firlie H Ganinduto mengatakan, minimnya keuangan yang dimiliki pekerja Indonesia menyebabkan stres keuangan. Bahkan, menurut studi PwC, kata dia, ada 31 persen pekerja yang terpengaruh di pekerjaannya akibat stres tersebut. Kemudian 12 persen responden kehilangan pekerjaan akibat stres keuangan.

“Menurut data American Banker, layanan EWA menjadi potensial bagi karyawan terdampak secara ekonomi, khususnya bagi pekerja freelance atau project based employees yang marak bekerja di sektor kesehatan, FMCG, dan ritel,” kata Firlie.

Dia menambahkan, potensi EWA sebagai bentuk baru kepedulian perusahaan, sudah mulai dilakukan oleh perusahaan besar di berbagai negara, salah satunya Kroger, supermarket terbesar di AS.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement