REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Kepala BPS Kota Depok, Mufti Swaghara mengatakan pihaknya akan berfokus pada pertanian urban atau urban farming dalam sensus pertanian yang akan dilakukan pada 2023 ini. Langkah ini dilakukan untuk menggali potensi pertanian di Depok yang bukan merupakan kota pertanian.
"Jadi di Depok ini bukan termasuk kota pertanian karena lahannya itu lebih banyak menjadi perumahan, mal, untuk tol dan lainnya. Jadi banyak alih fungsi lahan yang tadinya lahan pertanian, jadi memang kontribusi pertanian di kota Depok memang kecil. Tapi kita di sensus pertanian ini kita mengarah ke urban farming," jelas Mufti kepada Republika.co.id, di kantor BPS Depok, Senin (20/2/2023).
Menurutnya, melalui data yang didapat diharapkan akan banyak masyarakat yang akhirnya termotivasi untuk meningkatkan perekonomian pertanian di Depok. Meskipun di lingkup nasional, sensus pertanian dilakukan untuk melihat potensi ekspor produk pertanian di Indonesia.
Mufti menjelaskan, pertanian merupakan salah satu sektor yang menunjukkan pertumbuhan yang positif di masa Covid-19. Sehingga sektor ini adalah salah satu sektor kuat yang perlu digali diteliti sebagai bahan pertimbangan pemerintah untuk meningkatkan perekonomian dan ketahanan pangan.
"Ini kesempatan kita, menyelenggarakan sensus pertanian yang seluruh Indonesia target nasionalnya mengetahui potensi ekspor. Tapi untuk Depok lebih ke urban farming, tentang bagaimana selama ini teman-teman usaha di pertanian itu porspeknya, bagaimana kalau yang berhasil mungkin bisa ditularkan, bisa menjadi ide untuk yang lain,"ujarnya.
BPS Kota Depok melakukan pendataan yang akan dilakukan mulai 1 Juni hingga 31 Juli 2023.