REPUBLIKA.CO.ID, PONOROGO -- Wabah PMK atau penyakit mulut dan kuku yang menjangkiti ternak sapi di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur menunjukkan tren peningkatan, dari sebelumnya terlapor di bawah 100 kasus kini tembus menjadi 300 ekor ternak telah terpapar.
"Iya, kasus terbanyak saat ini terdeteksi ada di Kecamatan Sawoo dengan 104 kasus. Peningkatan kasus diduga akibat vaksinasi pada ternak sejauh ini belum optimal," kata Kepala Dinas Peternakan Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Ponorogo, Masun.
Lanjut dia, saat ini sudah ada delapan ekor sapi yang mati karena PMK. Penolakan vaksin PMK paling banyak di Sawoo, Siman dan Bungkal. "Kalau Pudak sudah 100 persen ternaknya divaksin, makanya baru ada satu kasus itupun ternak dari luar kota," katanya.
Menurut Masun, ada dua kemungkinan kenapa kasus PMK di Ponorogo kembali naik. Pertama karena peternak mendatang hewan dari luar daerah dimana dari terlihat dari sapi yang belum memiliki eartagatau penanda telinga yang berarti belum menerima vaksin.
"Jadi setiap sapi itu memiliki eartag atau tanda pengenal di telinga di situ muncul keterangan apakah sudah divaksin atau belum, dari situ kita bisa melihat," kata Masun.
Sedangkan yang kedua, yakni sapi yang memang berasal dari Ponorogo tapi belum menerima vaksin. termasuk yang banyak ditemukan kasus di Kecamatan Sawoo, Siman dan Bungkal.
Untuk meminimalkan penularan, lanjut Masun, sejauh ini pihaknya melakukan penyemprotan disinfektan di pasar hewan, sebanyak dua kali.
"Tetap kita lakukan biosecurity, penyemprotan disinfektan sebelum dan sesudah pasar dibuka," ujarnya.
Masun mengimbau masyarakat, khususnya peternak untuk proaktif dengan petugas vaksinasi, agar proses mitigasi wabah atau upaya pencegahan bisa optimal.