Selasa 14 Feb 2023 15:52 WIB

Kepulauan Bangka Belitung Targetkan Bebas Malaria di 2024

Hingga kini, enam dari tujuh kabupaten di Bangka Belitung sudah bebas malaria.

Nyamuk Anopheles gambiae, vektor dari parasit malaria, menyedot darah ketika mengigit.
Foto: EPA
Nyamuk Anopheles gambiae, vektor dari parasit malaria, menyedot darah ketika mengigit.

REPUBLIKA.CO.ID, PANGKALPINANG -- Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) memfokuskan upaya pemberantasan sarang nyamuk malaria di Kabupaten Bangka Barat. Bangka Belitung menargetkan bebas penyakit malaria di 2024.

"Saat ini hanya Bangka Barat yang belum mendapatkan sertifikat bebas malaria," kata Kepala Dinkes Provinsi Kepulauan Babel Andri Nurito di Pangkalpinang, Selasa (14/2/2023).

Baca Juga

Ia mengatakan, saat ini enam dari tujuh kabupaten/kota di Kepulauan Babel sudah bebas dari penyakit malaria yaitu Kabupaten Bangka, Bangka Tengah, Bangka Selatan, Belitung, Belitung Timur, dan Kota Pangkalpinang. Sementara, Bangka Barat belum mendapatkan sertifikat eliminasi malaria.

"Kami menargetkan Bangka Barat pada 2024 sudah bebas malaria, sehingga Provinsi Kepulauan Babel bebas malaria pada 2024 nanti," ujarnya.

Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinkes Babel Evalusi mengatakan kasus malaria di Bangka Barat pada 2022 mencapai 109 kasus atau meningkat dibandingkan tahun sebelumnya 96 kasus.

"Saat ini kami tengah melakukan beberapa upaya dalam menekan penularan dan pengendalian malaria, diantaranya penguatan laboratorium pemeriksaan malaria, pengobatan yang terstandar untuk menghindari relaps atau kambuh," katanya.

Selain itu, kata dia, pengendalian penekanan peningkatan kasus malaria dengan melakukan Larvasiding, IRS, dan pendeteksian dini kasus malaria dengan kegiatan Penyelidikan Epidemiologi (PE), Mass Blood Survey ( MBS), penguatan pengawasanmigrasi, peningkatan kapasitas petugas kesehatan, dan kader dalam pengendalian malaria.

"Kegiatan ini difokuskan di Desa Jebus, Puput dan Sekar Biru, karena tiga daerah ini menjadi tempat penyebaran malaria yang serius, karena banyaknya aktivitas penambang yang bermukim di sekitar tambang yang merupakan wilayah reseptif menjadi faktor utama tertularnya malaria," ujar Evalusi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement