REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta melalui Dinas Kesehatan menggandeng delapan kelurahan untuk menjadi percontohan Program Pengendalian Terpadu HIV-AIDS. Ditargetkan, program ini akan dilakukan selama tiga tahun ke depan.
Delapan kelurahan yang menjadi percontohan yakni Kelurahan Sosromenduran, Pringgokusuman, Giwangan, Warungboto, Kricak, Bener, Suryodiningratan, dan Gedongkiwo.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Yogyakarta, Emma Rahmi Aryani mengatakan, penanggulangan HIV-AIDS masih menjadi tantangan di Indonesia, termasuk di Kota Yogyakarta. Terutama untuk mencapai three zero HIV-AIDS di 2030.
"HIV dan AIDS masih menjadi tantangan tersendiri di Indonesia, terutama untuk mencapai three zero di tahun 2030 yaitu eliminasi infeksi baru HIV, eliminasi kematian karena AIDS, serta eliminasi diskriminasi," kata Emma.
Pembentukan kelurahan percontohan Program Pengendalian Terpadu HIV-AIDS diharapkan dapat mencegah timbulnya kasus baru HIV-AIDS. Selain itu, juga dalam rangka mendukung peningkatan kualitas kesehatan orang dengan HIV-AIDS (ODHA) di Kota Yogyakarta.
Emma menyebut, beberapa fasilitas pelayanan kesehatan di Kota Yogyakarta sudah menyediakan pemeriksaan HIV-AIDS. seperti di Puskesmas Gedongtengen, Puskesmas Tegalrejo, Puskesmas Mantrijeron, Puskesmas Umbulharjo 1, Puskesmas Pakualaman, Puskesmas Mergangsan, RS Bethesda, RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, RS Panti Rapih, RSUD Kota Yogyakarta, RS Pratama, dan RS DKT Dr.Soetarto.
Dijelaskan Emma, kasus HIV di DIY secara kumulatif dari tahun 1993 hingga bulan Juni 2022 mencapai 6.214 kasus. Sedangkan, untuk kasus AIDS di DIY sejumlah 1.966 kasus.
"Berdasarkan faktor resiko, distribusi kasus HIV tertinggi ditemukan pada kelompok heteroseksual sebesar 53 persen," ujar Emma.
Sementara, di Kota Yogyakarta ditemukan kasus HIV sebanyak 1.492 kasus dan AIDS sebanyak 309 kasus. Kasus HIV-AIDS tersebut merupakan akumulasi dari tahun 2004 hingga September 2022 di Kota Yogyakarta.
Untuk kasus baru HIV-AIDS yang muncul di Kota Yogyakarta cukup tinggi per tahunnya. Di 2022 saja, kasus baru HIV-AIDS yang muncul lebih dari 50 kasus. "Untuk jumlah kasus baru untuk HIV tahun 2022 adalah 71 kasus dan AIDS lima kasus," tambah Emma.
Penjabat (Pj) Wali Kota Yogyakarta, Sumadi mengatakan, pencegahan dan penanggulangan HIV-AIDS merupakan tugas bersama. Dari kasus yang dilaporkan tersebut, kata Sumadi, belum menggambarkan seluruh kasus yang ada, termasuk di Kota Yogyakarta.
"Epidemi HIV dan AIDS erat kaitannya dengan fenomena gunung es. Artinya, banyak kasus yang belum terungkap karena masih tingginya stigma di masyarakat terhadap orang yang terinfeksi HIV," kata Sumadi.
Untuk itu, kata Sumadi, pemerintah mengupayakan melakukan intervensi seperti kepada pasangan dengan HIV-AIDS, pasien TBC, pasien infeksi menular seksual (IMS), ibu hamil, pasien hepatitis, dan pelanggan seks. Dengan begitu, Sumadi berharap pencegahan HIV-AIDS di Kota Yogyakarta dapat tertangani dengan tepat, cepat dan nyaman.