Selasa 24 Jan 2023 14:23 WIB

Homoseksual Penyumbang Tertinggi Kasus HIV/AIDS yang Akses Layanan Kesehatan

Dari seluruh kasus yang sudah tercatat, tidak seluruhnya yang disiplin berobat.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Fernan Rahadi
HIV/AIDS (Ilustrasi)
Foto: Flickr
HIV/AIDS (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Yogyakarta mencatat bahwa secara kumulatif kasus HIV/AIDS mencapai sekitar 1.450 kasus sejak 2010 hingga saat ini. Meski begitu, seluruh angka tersebut bukan merupakan warga Kota Yogyakarta.

Kepala Bidang Pencegahan Pengendalian Penyakit, Pengelolaan Data dan Sistem Informasi Kesehatan, Dinkes Kota Yogyakarta, Lana Unwanah mengatakan, pihaknya sudah mencatat kasus HIV/AIDS sebanyak 1.450 kasus. Sedangkan, kasus baru per tahunnya yang muncul mencapai sekitar 40-50 kasus.

"Data kita data kumulatif, data kumulatif kita sekarang sekitar 1.450 itu yang positif di Kota Yogyakarta. Cuma positif ini kita datanya data by faskes (fasilitas pelayanan kesehatan-Red), sementara orang yang mengakses faskes tidak semuanya orang Kota Yogya," kata Lana Unwanah kepada Republika, Selasa (24/1/2023).

Lana menyebut, orang dari luar Kota Yogyakarta yang menderita HIV/AIDS cukup banyak yang mengakses layanan kesehatan di Kota Yogyakarta. Dari kasus yang sudah tercatat berdasarkan laporan faskes, sebagian besar penyumbang HIV/AIDS merupakan homoseksual.

"Banyak (kasus HIV/AIDS dari homoseksual), justru penularan tertinggi itu penularannya melalui itu, hubungan yang homoseksual itu, itu kasus positif tertinggi," ujar Lana.

Meski begitu, Lana menyebut angka pasti kasus HIV/AIDS dari homoseksual ini belum diakumulasikan. Hal ini mengingat kasus yang tercatat merupakan data berdasarkan mereka yang mengakses faskes.

"(Homoseksual) Itu penyumbang tertinggi untuk kasus-kasus HIV ya. Cuma memang kita harus hati-hati bicara isu HIV ini, kadang-kadang agak sedikit keliru kita menyampaikan nanti kita dianggapnya menstigma, tidak mendukung. Kondisinya kita memang harus hati-hati bicara HIV ini, masih ada stigma, sebagian masih tidak mau terbuka identitasnya, tidak mau diketahui," jelasnya.

"Karena bisa jadi stigma negatif kepada penyandang HIV justru (lebih) memilih (mengakses layanan kesehatan) di luar daerahnya. Artinya data (kasus HIV/AIDS berdasarkan) layanan, bukan data penduduk Kota Yogya," kata Lana menambahkan.

Lebih lanjut, Lana menjelaskan, dari seluruh kasus yang sudah tercatat, tidak seluruhnya yang disiplin berobat. Beberapa di antaranya ada yang sudah tidak minum obat atau putus obat.

"Padahal dengan obat-obatan itu juga bisa (meringankan), walaupun tidak akan sembuh. Minimal menurunkan keberadaan virus dalam tubuhnya, sehingga bisa dikatakan dalam kondisi yang sehat, walaupun dia positif, yang penting dia minum obat secara teratur," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement