REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Jumlah kasus campak di berbagai daerah mengalami peningkatan selama beberapa waktu terakhir. Hal ini tidak terkecuali dialami di wilayah Kabupaten Malang.
Kepala Seksi (Kasi) Surveilans dan Imunisasi, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang, Suyatno mengatakan, Dinkes Provinsi Jawa Timur (Jatim) sebelumnya menargetkan agar pihaknya dapat menemukan 106 suspek campak selama 2022. Pada praktiknya, Dinkes Kabupaten Malang selama periode tersebut menemukan 146 suspek campak. Namun kasus yang terkonfirmasi positif campak sekitar tujuh orang.
Berdasarkan laporan yang diterima, ketujuh pasien campak tersebut telah dinyatakan sembuh saat ini. Adapun untuk usianya, dua pasien tercatat sebagai bayi berusia 10 bulan. Sementara itu, lima pasien lainnya berumur tiga sampai empat tahun.
Di sisi lain, Suyatno tak menampik ada peningkatan temuan kasus dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Sebab, kasus campak tidak ditemukan di Kabupaten Malang pada 2020 dan 2021.
Untuk diketahui, Dinkes Provinsi Jatim telah menargetkan agar Kabupaten Malang dapat menemukan 52 kasus pada 2020. Kemudian juga harus menemukan 50 kasus pada tahun berikutnya. "Karena pandemi dua tahun tersebut tidak ditemukan," kata Suyatno saat dihubungi Republika.co.id, Jumat (20/1/2023).
Dengan adanya temuan kasus ini, Suyatno mengingatkan orang tua untuk segera membawa anaknya melakukan imunisasi. Hal ini terutama untuk imunisasi campak, baik itu imunisasi rutin maupun BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah). Imunisasi dapat dilakukan di Posyandu, Puskesmas dan di Sekolah Dasar (SD) secara gratis.
Selain Kabupaten Malang, Kota Malang juga tercatat mengalami kasus campak cukup tinggi pada 2022. Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kota Malang, Husnul Muarif mengatakan, ada 48 kasus campak yang tercatat di daerahnya.
Sebelumnya, kasus campak kembali meningkat di Tanah Air. Kejadian ini pun ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) di beberapa wilayah.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengatakan, sampai Desember 2022 sudah ada 3.341 kasus yang dilaporkan di 223 kabupaten dan kota dari 31 provinsi. "Jadi , sudah 31 Provinsi yang melaporkan. Saya meminta semua untuk waspada dengan penyakit Campak ini," ujar Nadia saat dikonfirmasi, Kamis (19/1/2023).
Dalam keterangannya, Dokter Spesialis Anak, Arifianto mengatakan, campak ditandai dengan demam beberapa hari disertai batuk, pilek, mata merah diikuti ruam yang muncul setelah beberapa hari. Ruam muncul bertahap ketika demam masih ada.
Arifin juga mengingatkan, penyakit campak berbeda dengan penyakit roseola. Sebab, roseola sering disalahartikan dengan campak.
Lebih dari separuh anak batita pernah mengalami roseola/eksantema subitum/sixth disease. Sakit ringan karena virus, dan itu sembuh sendiri dan tidak ada vaksinnya. Sakit biasanya ditandai dengan demam tiga sampai Iima hari mereda dan muncul ruam.
Sementara itu, campak termasuk penyakit berbahaya dan dapat menyebabkan kematian. Hal ini karena komplikasi seperti pneumonia (radang paru-sesak), dehidrasi (dengan/tanpa diare), kebutaan bahkan gangguan saraf permanen dan berakhir meninggal. "Dan anak harus diisolasi, tidak boleh bertemu dengan orang lain setidaknya 14 hari," jelas dia.
Adapun imunisasi campak saat ini dalam bentuk vaksin MR atau MMR dan MMRV terbukti efektif mencegah penyakit campak. Ia menilai kembali terjadinya wabah campak karena rendahnya cakupan imunisasi campak.