Selasa 17 Jan 2023 06:15 WIB

Psikolog Anak UI Nilai Permainan Lato-Lato Timbulkan Emosi Positif

Permainan lato-lato melibatkan keterampilan motorik dan fisik, membuat anak terlatih.

Psikolog klinis anak Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (FPsi UI), Efriyani Djuwita.
Foto: Dok Humas UI
Psikolog klinis anak Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (FPsi UI), Efriyani Djuwita.

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Permainan lato-lato sedang digandrungi anak-anak, bahkan orang dewasa. Bunyi  “tek-tek-tek” akhir-akhir ini kerap terdengar di ruang terbuka. Walau terlihat sederhana, permainan mengayunkan dua bola kecil yang dibenturkan tersebut membutuhkan keterampilan khusus.

Psikolog klinis anak Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (FPsi UI), Efriyani Djuwita, menganggap, permainan tersebut mampu menimbulkan rasa penasaran dan memacu diri anak untuk menguasainya. Terlebih, jika orang-orang di sekitarnya banyak yang terampil memainkan lato-lato.

"Tren di masyarakat mengenai permainan ini, mampu menambah rasa penasaran dan ingin mencoba, sehingga pada akhirnya banyak kita jumpai anak-anak memainkan mainan ini di mana-mana," ujar Efriyani dalam siaran pers di Kota Depok, Jawa Barat, Selasa (17/1/2023).

Lebih dari sekadar permainan, menurut Efriyani, lato-lato dapat menimbulkan emosi positif bagi seseorang, terlebih bagi anak-anak. Misalnya, emosi senang, karena merasa berhasil dan bangga karena mampu melakukannya. Hal itu menjadi salah satu emosi positif yang mungkin dirasakan anak saat berhasil memainkan lato-lato.

"Karena permainan ini melibatkan keterampilan motorik dan fisik, maka anak dapat terlatih dalam aspek perkembangan tersebut. Dalam permainan ini, kontrol gerakan motorik tangan juga berperan sehingga gerakan lato-latonya bisa berhasil," ucap Efriyani.

Jika dilihat lebih lanjut, sambung dia, dari aspek sosial, kegiatan itu sedang marak dimainkan oleh semua orang. Sehingga bisa menjadi suatu media yang dapat membantu interaksi sosial anak, seperti dengan cara bermain bersama. "Selain itu, sense kompetisi juga dapat tumbuh pada anak," kata Efriyani.

Dia menilai, meskipun lato-lato merupakan permainan sederhana, tetapi perlu diperhatikan kesesuaiannya dengan usia anak. Untuk itu, diperlukan peran orang tua dalam mengedukasi dan mendampingi mereka saat bermain lato-lato.

Hal lain yang perlu diperhatikan juga adalah material mainan tersebut karena belum lama ini terdapat kasus anak yang harus dioperasi matanya akibat terkena pecahan lato-lato.  Pertama tentunya, menyeleksi dulu apakah alat permainan tersebut sesuai dan cocok untuk anaknya.

Kedua, ketika orang tua sudah tahu mana permainan yang aman dan cocok untuk anaknya, mereka bisa memberikan contoh dulu. Caranya agar bagaimana memainkan lato-lato dengan aman jika anak memang mengalami kesulitan memainkannya.

"Di sini, orang tua bisa menjadi play leader dan kemudian secara perlahan membiarkan anak melakukan trial and error dan bermain dengan caranya. Orang tua juga bisa memberikan aturan kapan permainan ini bisa dimainkan dan di mana tempat yang aman dan cocok memainkannya," ucap Efriyani.

 

Dia menambahkan, langkah selanjutnya yang harus dilakukan orang tua adalah orang tua bisa menjadi co-player. Artinya, orang tua bisa menjadi teman bermain anak. Terakhir, orang tua juga bisa memegang peran onlooker, yakni orang tua menjadi pengamat dan siap membantu jika anak memerlukan bantuan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement