Selasa 10 Jan 2023 20:09 WIB

BNPB Ingatkan Puncak Musim Hujan Dua Pekan Lagi

Puncak musim hujan mulai dua pekan depan hingga Februari.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Friska Yolandha
Sejumlah personel TNI-Polri, BPBD Kota Semarang serta relawan membersihkan sisa-sisa banjir pascabanjir bandang yang menerjang Perumahan Dinar Indah, Kelurahan, Meteseh, Kecamatan Tembalang, Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (7/1/2023). Warga setempat membutuhkan perlengkapan tidur laik pakai seperti bantal, selimut, kasur, serta air bersih seusai banjir bandang yang menerjang permukiman mereka mencapai 2,5 meter pada Jumat (6/1) sore akibat luapan Sungai Babon-Pengkol yang tak mampu menampung debit air hujan berintensitas tinggi serta adanya tanggul jebol.
Foto: ANTARA FOTO/Aji Styawan
Sejumlah personel TNI-Polri, BPBD Kota Semarang serta relawan membersihkan sisa-sisa banjir pascabanjir bandang yang menerjang Perumahan Dinar Indah, Kelurahan, Meteseh, Kecamatan Tembalang, Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (7/1/2023). Warga setempat membutuhkan perlengkapan tidur laik pakai seperti bantal, selimut, kasur, serta air bersih seusai banjir bandang yang menerjang permukiman mereka mencapai 2,5 meter pada Jumat (6/1) sore akibat luapan Sungai Babon-Pengkol yang tak mampu menampung debit air hujan berintensitas tinggi serta adanya tanggul jebol.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tingginya curah hujan di musim hujan membuat banyak terjadi bencana banjir di berbagai Tanah Air. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengingatkan Indonesia masih mengalami musim hujan, bahkan puncaknya diperkirakan dua pekan lagi di Januari 2023 hingga akhir Februari 2023.

"Secara umum Indonesia masih di musim hujan dan puncaknya dialami dua pekan ke depan sampai akhir Februari 2023. Jadi, kita masih harus tetap waspada dan di beberapa tempat yang masih basah, khususnya Jawa Tengah dan Sulawesi Selatan yang juga masih menjadi perhatian," ujar Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari di konferensi virtual, Selasa (10/1/2023).

Baca Juga

BNPB sejak awal tahun lalu telah menggelar operasi teknologi modifikasi cuaca (TMC) di Jawa Barat dan DKI Jakarta dan hasilnya cukup bisa terkendali. BNPB akan berupaya memperluasnya ke Jawa Tengah dan Jawa Timur serta Sulawesi Selatan untuk meminimalkan potensi banjir. 

"Setidaknya bisa membuat kering dulu lahan yang basah. Sehingga, kalau menghadapi puncak musim hujan bisa merekayasa bagian yang harus dilakukan," katanya.

Lebih lanjut, BNPB mencatat kejadian bencana selama sepekan ada 34 kejadian. Cuaca ekstrem masih mempengaruhi, angin kencang, curah hujan sangat tinggi, puting beliung dan lain-lain mengakibatkan banjir dan tanah longsor, gempa bumi sekali, kebakaran hutan dan lahan ada sekali. Tetapi yang paling terdampak adalah banjir dan cuaca ekstrem. 

"Ini memang tidak bisa dihindari karena masih terpengaruh oleh fenomena global indeks nino di Samudra Pasifik yang masih negatif, artinya itu masih membawa awan basah atau kelembaban di seputar wilayah Indonesia. Kemudian, ada median Madden Julian Oscillation (MJO) di sebelah timur, dan gelombang ekuator Rossby yang kemudian membawa awan basah yang cukup signifikan di Indonesia," ujarnya.

Ia menyebutkan, kejadian hidrometeorologi basah selama periode yang sama mayoritas terjadi di Jawa, beberapa tempat di Kalimantan, dua di Sumatra, dan Sulawesi. 

Yang menarik, BNPB mencatat kejadian musim hujan di Sumatra sangat menurun. Kalau biasanya ada banjir bandang di Aceh, Sumut, hingga Lampung, sekarang sangat berkurang cukup signifikan awan hujannya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement