Rabu 11 Jan 2023 00:10 WIB

Presiden Jokowi: Kita Tidak Boleh Mundur Jaga Kekayaan Alam

Supaya kita tidak didikte dan menggantungkan diri ke negara manapun.

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Fuji Pratiwi
Presiden Joko Widodo menyampaikan sambutan dalam acara HUT ke-50 PDI Perjuangan di JIExpo, Kemayoran, Jakarta, Selasa (10/1/2023). Presiden Joko Widodo meminta agar masyarakat khususnya kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) tidak boleh mundur menjaga kekayaan alam Indonesia.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Presiden Joko Widodo menyampaikan sambutan dalam acara HUT ke-50 PDI Perjuangan di JIExpo, Kemayoran, Jakarta, Selasa (10/1/2023). Presiden Joko Widodo meminta agar masyarakat khususnya kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) tidak boleh mundur menjaga kekayaan alam Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo meminta agar masyarakat khususnya kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) tidak boleh mundur menjaga kekayaan alam Indonesia.

"Kita tidak boleh mundur, kita tidak boleh takut karena kekayaan alam ada di Indonesia. Kita ingin itu dinikmati oleh rakyat kita," kata Presiden Jokowi dalam acara hari ulang tahun (HUT) Ke-50 PDIP di Jakarta, Selasa (10/1/2023).

Baca Juga

Presiden Jokowi dalam pidatonya mengingatkan soal pernyataan Presiden Soekarno pada 1965 untuk menolak ketergantungan pada imperialisme. "Memperluas kerja sama yang sederajat dan saling menguntungkan Bung Karno pada 1965 sudah menyampaikan itu.  Supaya kita tidak didikte dan menggantungkan diri ke negara manapun. Inilah yang ingin kita lakukan, berdikari, berdikari, berdikari," tambah Presiden.

Karena itu, menurut Presiden Jokowi, walau pemerintah kerap ditakut-takuti soal pengembalian Freeport maupun soal penghentian ekspor nikel dalam bentuk mentah, pemerintah tidak mundur.

"Kita terus, walau kita ditakut-takuti soal nikel, kalah di WTO kita tetap terus, justru kita setop bauksit, pertengahan tahun mungkin tambah lagi setop tembaga," ungkap Presiden.

Dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN-Uni Eropa, Presiden Jokowi pun mengungkapkan unek-unek soal gugatan Uni Eropa atas Indonesia ke World Trade Organization (WTO) terkait penghentian ekspor nikel mentah.

"Saya menyampaikan dalam forum itu, karena yang menggugat Uni Eropa, saat kita ada KTT, ini kesempatan. Saya menyampaikan kemitraan itu harus setara dan tidak boleh ada pemaksaan, tidak boleh ada negara mendikte dan tidak boleh negara-negara maju merasa standar mereka lebih bagus dari negara kita," kata Presiden.

Pemerintah, kata Presiden, ingin membangun sistem besar agar sumber daya alam Indonesia seperti nikel, bauksit, tembaga, timah betul-betul terintegrasi dan bisa memproduksi barang jadi atau setengah serta memberikan nilai tambah dan membuka lapangan kerja.

"Nikel kita setop tiga tahun yang lalu dulu waktu masih mentah kita ekspor nilainya hanya Rp 17 triliun, setelah kita setop tiga tahun ini, setahun bisa menghasilkan kurang lebih Rp 360 triliun. Bauksit kita umumkan Desember setop juga mulai Juni 2023 dan akan kita hilirisasi di dalam negeri. Tidak tahu lompatannya tapi kurang lebih dari Rp 20 triliun menjadi Rp 60 triliun-Rp 70 triliun," ungkap Jokowi.

Menurut Presiden, pekerjaan itu memang tidak mudah karena ditambah nikel, bauksit, timah tersebar di Sulawesi, Maluku, Belitung, Kalimantan Barat, Bintan dan daerah lainnya.

"Semua harus terintegrasi dan kita harap nantinya jadi ekosistem bagi kendaraan listrik yang memberikan sebuah masa depan yang cerah. Karena seluruh pasar negara-negara membutuhkan mobil listrik ini, tapi tentu tahapannya masuk ke baterai listrik lebih dulu," kata dia menambahkan.

Meski Indonesia kalah saat digugat Uni Eropa ke WTO untuk penghentian ekspor nikel, tapi Presiden Jokowi menyampaikan kepada Menteri Luar Negeri agar tidak mundur. "Jangan mundur. Karena inilah yang akan jadi lompatan besar peradaban negara kita, saya yakin itu. Terus kita banding, kalau banding kalah, saya tidak tahu ada upaya apa lagi yang bisa kita lakukan. Kenapa ini terus saya ulang-ulang? Karena saya ingin presiden ke depan juga berani melanjutkan. Tidak gampang ciut nyali, tidak gentar demi kepentingan bangsa, demi kepentingan negara," tegas Presiden.

Baca juga : Megawati: Jokowi Kalau tidak Ada PDIP, Aduh Kasihan

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement