REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bupati Sumedang Dony Ahmad Munir membeberkan sejumlah cara yang memanfaatkan teknologi digital untuk menurunkan secara drastis tingkat kekurangan gizi kronis (stunting) anak dari 32,2 persen pada 2018 menjadi 8,27 persen di 2022.
"Apa yang kami lakukan? Intinya kami menggunakan teknologi sebagai tools, yaitu sistem pemerintahan berbasis elektronik," kata Dony usai rapat terbatas yang dipimpin oleh Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka Jakarta, Senin (2/1/2023).
Dony menjelaskan Pemerintah Kabupaten Sumedang menggunakan aplikasi Simpati atau sistem pencegahan stunting terintegrasi. Dalam aplikasi tersebut, seluruh pihak dapat memahami cara untuk menekan angka stunting pada anak.
Melalui Simpati, setiap data dari penimbangan berat badan, lingkar kepala, tinggi badan balita dapat terekam dengan baik. Kemudian, masing-masing desa atau kelurahan di Sumedang dapat menuliskan berbagai kendala dalam penurunan stunting dalam aplikasi tersebut.
Simpati, kata Dony, layaknya himpunan data spasial kewilayahan yang dilengkapi dengan data statistik. Terdapat data mengenai desa dengan tingkat stunting tertinggi, kemudian data anak penderita stunting, hingga analisis penyebab stunting dan cara untuk mengurangi stunting di setiap desa.
"Setiap desa ada kendala permasalahan stunting yang berbeda-beda. Kemudian, melalui artificial intelligence kita kasih rekomendasinya," ujar dia.
Dengan begitu, kata Dony, penanganan stunting pada setiap desa akan berbeda sesuai dengan akar permasalahan yang dihadapi. "Inilah bagian dari mengkolaborasikan, mengorkestrasikan seluruh komponen yang ada untuk menangani stunting," kata dia.
Presiden Jokowi memerintahkan Dony untuk berkeliling ke setiap provinsi guna membantu penanganan stunting. "Aplikasinya pun tentunya kita berikan lewat Pak Menteri Kesehatan, karena inilah kontribusi Sumedang untuk Indonesia, bagaimana kita berkewajiban tidak boleh meninggalkan generasi yang lemah," ujar dia.