REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Gelombang pasang (rob) yang disertai cuaca ekstrim berupa hujan dan angin kencang yang terjadi pada Sabtu (31/12/2022), membuat Sutiah (45 tahun) hampir kehilangan nyawanya. Tubuh warga Desa Eretan Kulon, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu itu tertimpa material rumahnya yang ambruk akibat bencana tersebut.
Sutiah menceritakan, pada Sabtu sekitar pukul 04.00 WIB, banyak tetangganya yang sudah mulai mengungsi karena melihat ganasnya gelombang yang menghantam pesisir pantai. Sutiah pun baru selesai menaikkan perabot rumahnya yang berharga ke tempat yang lebih tinggi. Pasalnya, air sudah mulai menggenangi rumahnya, yang berada tak jauh dari bibir pantai.
Anak, menantu, dan cucunya pun sudah mulai mengungsi. Hanya tinggal Sutiah bersama suaminya yang masih berat meninggalkan rumah itu. "Waktu itu gelombang sangat besar tiba-tiba datang dan langsung membuat rumah saya ambruk dalam sekali hempasan,’’ ujar Sutiah saat ditemui di lokasi pengungsian di Balai Desa Kertawinangun, Kecamatan Kandanghaur, Indramayu, Ahad (1/1/2023).
Belum sempat Sutiah menyelamatkan diri, gelombang kedua yang juga sama besarnya kembali menerjang. Material rumah yang ambruk langsung menimpa tubuhnya. Sedangkan suaminya, masih sempat menyelamatkan diri.
Saat itu, Sutiah pasrah dan sudah siap menghadapi maut. Sebab, tubuhnya telah terperangkap material reruntuhan rumah. Sedangkan ketinggian air terus bertambah.
"Saat itu saya menyangka akan mati. Saya suruh suami segera pergi meninggalkan saya agar selamat,’’ kata Sutiah dengan mata berkaca-kaca.
Namun, cinta sang suami rupanya tak ikut tersapu oleh air. Ia bersikeras membantu Sutiah. Dengan sisa-sisa tenaganya, Sutiah menyambut suaminya, berusaha keluar dari dalam reruntuhan rumah.
Sutiah akhirnya berhasil keluar dari reruntuhan rumah, tepat saat ketinggian air sudah mencapai dada. Sutiah dan suami kemudian menuju balai desa untuk mengungsi.
Sutiah bersyukur masih bisa selamat. Namun di sisi lain, dia juga sedih karena kehilangan rumah dan seluruh harta bendanya.
"Hanya tinggal tersisa baju yang saya pakai, inipun dapat dikasih. Semua pakaian, uang, beras, dan barang-barang lainnya hanyut dan tidak bisa diselamatkan,’’ kata Sutiah.
Warga lainnya, Quraisyin (45), juga kehilangan seluruh harta bendanya. Dia mengaku tidak bisa menyelamatkan barang-barang saat gelombang sangat besar meruntuhkan rumahnya.
"Saat rumah ambruk, saya dan keluarga masih ada di dalam rumah. Boro-boro menyelamatkan barang, yang terpikir hanya cara untuk selamat. Anak-anak saya juga nangis semua karena ketakutan,’’ kata Quraisyin.
Saat keluar dari rumah, Quraisyin dan keluarga telah sudah terkepung oleh banjir setinggi dada. Sambil menembus genangan air yang dipenuhi banyak sampah, dia dan keluarganya mengungsi ke masjid setempat.
Berdasarkan data dari BPBD Kabupaten Indramayu, ada 21 rumah warga di Desa Eretan Kulon, Kecamatan Kandanghaur yang ambruk. Selain itu, ada sepuluh rumah warga yang rusak ringan. Banjir juga merendam satu masjid.
Baik Sutiah, Quraisyin maupun warga lain yang rumahnya ambruk dihantam gelombang pasang, berharap agar pemerintah bisa membangun kembali rumah mereka. Hati mereka sedkit hangat ketika Bupati Indramayu, Nina Agustina menyambut harapan itu.
Nina berjanji akan ada bantuan perbaikan rumah bagi warga yang terdampak bencana tersebut. "Ada (bantuan perbaikan rumah). Insya Allah kita masukkan ke dalam rutilahu, tinggal camat dan kuwu mendatanya,’’ kata Nina.