Selasa 27 Dec 2022 15:15 WIB

Zakat Membangun Kualitas SDM Umat Islam

Zakat memiliki posisi dan peran sentral dalam pembangunan.

Ilustrasi Zakat. Zakat memiliki posisi dan peran sentral dalam pembangunan.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Ilustrasi Zakat. Zakat memiliki posisi dan peran sentral dalam pembangunan.

Oleh : Imam Nawawi, Kepala Humas BMH Pusat

REPUBLIKA.CO.ID, Ketika mendengar kata pembangunan, sebagian orang selalu memahami itu adalah tentang infrastruktur yang dihadirkan, kemudian ekonomi yang berputar, dan segala hal yang sifatnya mercusuar dan bendawi. Tentu saja itu tidak masalah. Karena memang dalam realitasnya ukuran pembangunan tidak bisa dilepaskan dari aspek-aspek material seperti itu. Bahkan standar kemajuan untuk saat ini memang pada satu bidang yaitu ekonomi.

Hampir pasti sebagian orang memahami bahwa pembangunan infrastruktur memiliki peran sangat penting untuk memacu pertumbuhan ekonomi, baik di level nasional maupun daerah. Langkah itu secara langsung dapat mengurangi pengangguran, mengentaskan kemiskinan dan tentunya meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Tetapi faktanya kita melihat bahwa sampai hari ini sebagian besar masyarakat sulit untuk bangkit apalagi mendekat ke level sejahtera. Terlebih ketika kenaikan harga BBM terjadi tidak lama kala pandemi baru saja "persiapan undur diri." Artinya tidak otomatis, ketika infrastruktur digenjot luar biasa otomatis rakyat akan sejahtera. Mungkin ada yang bisa menikmati namun belum tentu seluruhnya.

Dalam kata yang lain pembangunan yang sesungguhnya tidak sebatas pada ukuran infrastruktur dan ekonomi belaka. Bahkan sejatinya kemajuan infrastruktur dan ekonomi juga ditopang oleh pembangunan pada sektor lainnya seperti sumber daya manusia dan juga sistem pembangunan yang berkeadilan

Komprehensif

Pembangunan akan berjalan dengan baik manakala hal itu berfokus pada pembangunan manusia. Ibn Khaldun sebagaimana Umer Chapra kutip dalam bukunya “Peradaban Muslim Penyebab Keruntuhan & Perlunya Reformasi” menegaskan manusia adalah aspek penentu.

“Pada gilirannya, hal ini tidak saja bergantung pada variabel-variabel ekonomi, namun terkait erat dengan peran faktor moral, kelembagaan, psikologi, politik, sosial, dan kondisi demografi melalui sebuah proses daur sebab-akibat yang membentang sepanjang perjalanan sejarah.”

Uraian Chapra itu memberikan satu penekanan penting bahwa pembangunan akan berjalan dengan baik apabila seluruh elemen kehidupan berjalan secara seiring, sejalan. Tidak sektoral dan sporadis.

Misalnya jalanan dibangun, tapi moral masyarakat dibiarkan rapuh. Atau politik diperkuat namun ekonomi tidak merata. Semua itu hanya akan menghadirkan satu prestasi tetapi juga tragedi pada sisi yang lain.

Karena itu Islam mendorong pembangunan yang komprehensif dan Alquran mengakui akan peran utama manusia dalam kehidupan dunia ini. Sebab manusia yang paling bisa membangun. Lebih jauh, kalau manusia bangunan jiwanya goyah, maka kerusakan yang ditimbulkan akan juga sangat luar biasa.

Posisi Zakat

Zakat tentu saja memiliki peran sentral dalam pembangunan komprehensif. Hal ini karena zakat adalah ibadah maaliyah ijtima'iyyah yang memiliki sangat strategis dalam hal pembangunan kesejahteraan umat.

Ini tidak lain karena zakat adalah satu dari lima rukun Islam. Kemudian zakat berdampak langsung dalam kehidupan sosial masyarakat secara berkelanjutan.

Lebih dalam lagi zakat secara arti adalah "al-barakatu" yang maksudnya adalah pertumbuhan dan perkembangan. Dalam artian harta yang ditunaikan zakatnya akan menjadi berkah, tumbuh, berkembang dan bertambah, suci dan beres (baik), sebagaimana termaktub dalam buku "Zakat dalam Perekonomian Modern" karya Prof Didin Hafidhuddin.

Hal ini berarti zakat adalah solusi pembangunan. Nah, tinggal orang-orang Islam yang telah masuk kategori wajib zakat, apakah mereka telah sadar dan dengan ikhlas menjalankan perintah mulia ini?

Ketika seseorang berzakat maka ia telah mendorong kehidupan kaum fakir dan miskin menjadi tertolong. Secara psikologis orang yang menunaikan zakat terlepas dari penyakit bakhil yang mengundang hasad orang-orang miskin.

Bahkan lebih jauh, zakat dapat menjadikan mereka yang berada dalam barisan kebaikan di jalan Allah akan terus bergerak, seperti guru, dai, dan lain sebagainya. Prof Didin menguraikan pula bahwa dengan zakat akan berlangsung dengan baik pembangunan sarana maupun prasarana yang penting bagi umat, seperti sarana ibadah, pendidikan, kesehatan, sosial maupun ekonomi.

Yang tak kalah penting adalah zakat juga mendorong pembangunan kualitas sumber daya manusia Muslim. Sebab nyaris semua ulama sepakat orang yang menuntut ilmu berhak menerima zakat atas nama golongan fakir dan miskin maupun sabilillah.

Dengan demikian zakat memiliki posisi dan peran sentral dalam pembangunan. Ketika pemerintah dan elemen umat Islam massif dalam menyadarkan wajib zakat, kemudian mereka membayar zakat, maka pembangunan bangsa dan negara akan sangat terbantu oleh zakat itu sendiri.

Apabila potensi zakat dapat terealisasi maka sudah pasti zakat dapat berkontribusi terhadap "penerimaan" negara. Dan, itu berarti zakat dapat mendorong terjadinya peningkatan ekonomi negara. Pada posisi inilah semua cendekiawan dan intelektual Muslim berharap zakat di Indonesia bisa terjadi sebagaimana Masa Umar bin Abdul Aziz, dimana zakat benar-benar memberantas kemiskinan dan kebodohan.*

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement