REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri LHK, Siti Nurbaya meminta kepada seluruh jajarannya dipusat, maupun di Unit Pelaksana Teknis (UPT) di daerah untuk menjamin terimplementasikannya target-target Indonesia's Forestry and Other Land Uses (FOLU) Net Sink 2030 sampai di tingkat tapak.
Menteri Siti meminta kepada seluruh jajaran Unit Kerja Eselon I agar dapat memberikan paparan dan sosialisasi secara terus menerus dan sistematis kepada semua pihak. Selain sosialisasi ia juga meminta ada sebuah contoh konkret yang bisa diperlihatkan kepada masyarakat. "Showcase, center excellence, persemaian permanen, dan contoh-contoh kerja lapangan harus dibangun diseluruh wilayah regional," kata Menteri Siti melalui siaran pers.
Siti pun menjelaskan jika pada Rencana Operasional FOLU Net Sink 2030 telah diatur secara detail program dan kegiatan mitigasi, rencana operasional secara spasial, penanggung jawab kegiatan/program, kebutuhan SDM, sarana dan prasarana, penganggaran dan tata waktu pelaksanaannya secara nasional tahun 2022-2030.
Rencana operasional tingkat Nasional telah juga telah dilakukan pendetailan di tingkat Sub Nasional pada 12 (dua belas) Provinsi di Pulau Sumatra dan Kalimantan pada Tahun Anggaran (TA.) 2022 yang melibatkan Stakeholder di tingkat Provinsi dan Kabupaten dengan asistensi oleh Akademisi FOReTIKA dan KLHK.
Pada TA. 2023 direncanakan penyelesaian penyusunan Rencana Kerja Sub Nasional tersebut akan dilakukan secara menyeluruh pada 22 Provinsi berikutnya di Pulau Sumatra, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku dan Papua.
"Rencana kerja yang telah disusun pada 12 Provinsi harus ditindaklanjuti dengan kerja nyata dalam pencapaian targetnya dengan kolaborasi seluruh stakeholder terutama berkenaan dengan SDM, sarana prasarana, anggaran dan pasar," jelasnya.
Ia meminta kepada seluruh jajaran KLHK untuk dapat membangun program/kegiatan yang secara terukur dapat diimplementasikan di tingkat tapak pada 12 provinsi yang telah menyusun Rencana Kerja Sub Nasional Indonesia’s FOLU Net Sink 2030.
"Kerja nyata selama ini yang telah dilakukan harus bisa dicatat sebagai eviden secara akuntabel dengan Measurement, Reporting, and Verification (MRV) yang dapat diimplementasikan di tingkat tapak. Sehingga upaya nyata tersebut dapat dilakukan penilaian karbonnya dalam rangka pencapaian target Nationally Determined Contribution (NDC)," tegas Menteri Siti.
Sasaran yang ingin dicapai melalui implementasi Rencana Operasional Indonesia’s FOLU Net Sink 2030 adalah tingkat pencapaian emisi gas rumah kaca sebesar -140 juta ton CO2e pada tahun 2030 dan seterusnya meningkat menjadi -304 juta ton CO2e pada tahun 2050 sehingga emisi bersih di tingkat nasional (semua sektor) menjadi 540 juta ton CO2e atau setara dengan 1,6 ton CO2e per kapita.
"Sasaran yang ingin dicapai tersebut berkonsekuensi pada upaya dan kerja keras yang harus terus ditingkatkan oleh semua pihak secara terukur dan dapat dipertanggung jawabkan. Target pencapaian yang cukup besar hanya dapat diwujudkan melalui kolaborasi dan sinergitas seluruh stakeholder: Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta dan Masyarakat," jelas Menteri Siti.
Indonesia's FOLU Net Sink 2030 merupakan salah satu bentuk komitmen yang sungguh-sungguh dan ambisi yang terus meningkat dari Pemerintah Indonesia dalam penanganan perubahan iklim terutama melalui sektor kehutanan dan penggunaan lahan.
Secara official Indonesia’s FOLU Net Sink diamanatkan di dalam Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Nilai Ekonomi Karbon untuk Pencapaian Target Kontribusi yang Ditetapkan Secara Nasional dan Pengendalian Emisi Gas Rumah Kaca dalam Pembangunan Nasional, pada Pasal 3 Ayat (4).
Peningkatan ambisi ini telah dicantumkan dalam Enhanced NDC yang telah di submit pada UNFCCC pada tanggal 23 September 2022 yang merupakan dokumen transisi menuju Second NDC pada tahun 2024. Di dalam Enhanced NDC terdapat peningkatan target penurunan emisi GRK dari 29 persen pada NDC menjadi 31,89 persen dengan usaha sendiri dan 41 persen pada NDC menjadi 43,20 persen dengan bantuan negara lain.
Menteri Siti pun menyinggung soal kecenderungan perekonomian dunia tahun 2023 yang diproyeksikan tidak dalam kondisi baik-baik saja yang akan menjadi tantangan dalam implementasi FOLU Net Sink 2030.
"Dengan keunggulan komperatif yang kita miliki, yaitu posisi di daerah tropis, memiliki keanekaragaman hayati yang cukup tinggi, lahan potensial yang cukup luas, kita semua yakin dan percaya dengan upaya yang sungguh-sungguh kita akan mampu berkompetisi dalam perdagangan karbon dunia yang diharapkan dapat mengakselerasi pembangunan nasional, serta pencapaian penurunan emisi GRK sesuai dengan yang kita komitmenkan," pungkas Menteri Siti.