Ahad 25 Dec 2022 09:59 WIB

Ridwan Kamil Resmikan Pengoperasian Angkutan Massal Bandung Raya Go Green

BRT (Bus Rapid Transit) secara aktif sudah beroperasi menggunakan 8 bus listrik

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Gita Amanda
Salah satu transportasi umum yang akan beroperasi di Bandung Raya adalah BRT. (ilustrasi)
Foto: Dok Bakrie & Brothers
Salah satu transportasi umum yang akan beroperasi di Bandung Raya adalah BRT. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil menyampaikan, angkutan massal di kawasan Bandung Raya mulai dioperasikan secara aktif per hari ini, Sabtu (24/12/2022). Hal ini, menurut Ridwan Kamil, sebagai solusi masterplan karena mayoritas penduduk di kawasan Bandung menggunakan transportasi pribadi mencapai sekitar 84 persen.

"Dalam hitungan 20 sampai 30 tahun, kalau ini dibiarkan, ketika keluar rumah semua kena macet," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil usai peluncuran Angkutan Massal Bandung Raya Go Green di Kota Bandung.

Transportasi massal ini, kata dia, memiliki berbagai jenis yang disesuaikan dengan kondisi dataran dan cekungan jalan seputar Bandung Raya. Sehingga ada perbedaan dengan kota besar lainnya dan memiliki banyak tantangan tertentu.

"Di Bandung berbeda dengan Jakarta, Semarang atau Surabaya yang tanahnya datar dan jalannya lebar. Cekungan Bandung atau kawasan Bandung Raya ini jalanya kecil-kecil, berkelok-kelok, dan berbukit-bukit," katanya.

Kawasan Cekungan Bandung meliputi Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota Cimahi, dan Kabupaten Sumedang.

Emil mengatakan, BRT (Bus Rapid Transit) secara aktif sudah beroperasi menggunakan 8 bus listrik dengan kapasitas 25 penumpang per bus. Sedangkan untuk transportasi antarregional akan ada LRT (Lintas Rel Terpadu) yang sudah disepakati rutenya.

"Nah, awal Januari para kepala daerah Bandung Raya akan berhimpun untuk menyepakati anggaran, juga komitmen operasional dan lain-lain," katanya.

Adanya kekhawatiran terhadap ekosistem angkutan umum (angkot), Emil mengatakan, mereka akan dikonversikan ke dalam bus BRT, dan sopirnya menjadi bagian konsorsium transportasi publik.

"Waktu jadi sopir angkot pendapatannya sekian, nanti jadi sopir bus pendapatannya juga sekian, hanya berubah yang tadinya sopir angkot nanti menjadi sopir bus," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement