Ahad 25 Dec 2022 07:56 WIB

Jihad Kakao & Cabe Rawit di Poso: Perempuan Lawan Stigmatisasi i Teroris

Kisah perempuan melawan stigmasi kampung teoris

Pasukan TNI ketika melakukan patroli di kawasan yang diperkirakan sebagai tempat latihan teroris di Poso. (ilustrasi)
Foto:

Perempuan dan imbas kampung teroris

Untunglah belakangan situasi keamanan membaik di Tamanjeka. Kekuatan MIT terus menyusut, juga simpati warga umumnya kian kisut. Kecurigaan aparat terhadap warga kian pupus, demikian juga sebaliknya. Di tengah situasi yang terus membaik itu lah kami berkesempatan menyemai benih damai agar bertumbuh subur. 

Caranya? Dengan memperkuat agensi perempuan sebagai pilar perdamaian. 

Riset yang kami lakukan di Poso (kemudian diperluas ke daerah lain yaitu Bima, Lamongan & Deli Serdang) sejak tahun 2018 menunjukkan bahwa perempuan memiliki potensi dan kapasitas besar sebagai agen perdamaian. Maka kami melihat pemberdayaan ekonomi sebagai salah satu cara untuk menguatkan perempuan sebagai agensi perdamaian. 

Itulah yang kami lakukan sejak awal tahun ini. Sekitar 3 bulan lalu kami turun ke lapangan; merajut kemitraan dg sejumlah aktor lokal selain (tentu saja) melakukan assesment ihwal kebutuhan, potensi dan minat pengembangan ekonomi para perempuan di kawasan terpencil tersebut. 

 Dari hasil assesment tersebut kami mendapatkan temuan menarik: terdapat keinginan besar untuk melakukan kegiatan berusaha di bidang pertanian/perkebunan. Memang Tamanjeka terkenal menghasilkan sejumlah komoditas pertanian unggul, termasuk jahe merah, durian, kakao,  cabe rawit, dan sebagainya. 

 Melalui proses konsultasi dan ‘poling’ sederhana kami mendapatkan kesimpulan berikut: mayoritas perempuan di Tamanjeka menginginkan belajar pengolahan kakao dan cabe rawit untuk meningkatkan kehidupan ekonomi mereka. Memang, kakao dan cabe rawit termasuk komoditas yang banyak dihasilkan namun kurang diolah dg baik di sana. Akibatnya biji kakao hanya dijual murah sedangkan harga cabe rawit yang fluktuatif acap membuatnya rusak dan busuk saat disimpan. 

 Begitulah, akhirnya kami menyelenggarakan workshop dan pelatihan pengolahan kakao dan cabe rawit selama 3 hari tgl 1-3 Desember lalu. 

 Kami melibatkan dan bekerjasama dg tim produksi dan kreatif di Palu yang tergabung dalam Banua Coklat. Merekalah yang memberikan pelatihan teknis bagaimana mengolah kakao dan cabe rawit agar bernilai ekonomi tinggi dan awet dalam penyimpanan. Diberikan juga pelatihan sederhana mengenai teknik pengemasan dan pemasaran melalui media sosial. Jaringan internet yang mulai tersambung sejak sebulan lalu membantu pelaksanaan pelatihan tersebut. 

Alhamdulillah minat ibu-ibu dan perempuan muda di Tamanjeka tinggi. Kuota peserta untuk 30 orang bahkan terlampaui. Total ada peserta 32 orang; berarti sebagian besar perempuan muda dan dewasa di dusun tersebut ikut dalam pelatihan. Mereka mengikuti pelatihan dengan antusias bahkan hingga saat-saat terakhir di hari terakhir yaitu membuat kemasan sederhana disertai desain dan merek ala mereka, para perempuan Tamanjeka. 

Kepala Dusun Tamanjeka, Muhammad Sambara, menyampaikan kepada penulis bahwa belum pernah ada pelatihan seperti ini, diikuti para ibu-ibu dengan bersemangat di lokasi terbuka melibatkan sejumlah besar perempuan muda dan dewasa. Sebagai informasi: pelatihan dilakukan di ruang terbuka dekat masjid dan kemudian berpindah di bawah rumah panggung Ketika hujan turun. 

 Menurutnya, pelatihan-pelatihan sebelumnya biasanya dilakukan di rumah masing-masing peserta (misalnya kursus menjahit, dengan diberikan juga alat jahitnya—namun kini sayangnya tidak terpakai). Atau pelatihan hanya diikuti sejumlah kecil peserta kaum perempuan. 

Tentu kami amat berbahagia dan berbangga mendengarnya. 

Tapi yang lebih penting dari itu adalah kemanfaatan dan bangkitnya semangat dan rasa percaya diri dari para perempuan tersebut untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan keluarga mereka. Sebagai informasi: sebagian perempuan tersebut memiliki suami yang masih berada di penjara atau baru keluar dari penjara lantaran keterlibatan dalam aksi dan jejaring terorisme. 

Itulah mengapa kami menyebutnya sebagai ikhtiar membangun “jihad kakao” dan “jihad cabe rawit” yang dilakukan oleh para perempuan di Tamanjeka. Membuka lembaran baru jihad demi kesejahteraan keluarga melalui pengolahan kakao dan cabe rawit… 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement