REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo mengaku sudah membisiki Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono untuk menyelesaikan proyek sodetan Sungai Ciliwung menuju Banjir Kanal Timur (BKT). Proyek sodetan Ciliwung baru kembali berjalan pada 2021 setelah sempat mandek pada 2015.
"Tadi saya sudah bisikike Pak (Pj) Gubernur DKI kalau Bendungan Sukamahi, Bendungan Ciawi, ditambah selesainya sodetan dari Ciliwung ke BKT, yang sekarang ini masih proses pembebasan lahan, kami harapkan bulan Maret juga sudah selesai, akan mengurangi banyak sekali wilayah yang sebelumnya tergenang menjadi tidak," kata Jokowi di lokasi Bendungan Sukamahi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (23/12/2022).
Proyek akan dilanjutkan sepanjang 549 meter, sehingga total panjang sodetan nantinya sekitar 1,26 kilometer. Sebelumnya, sekitar 600 meter sodetan Ciliwung sudah terbangun dan mandek pada 2015 karena terganjal pembebasan lahan.
Presiden Jokowi menyampaikan hal tersebut usai meresmikan dua bendungan kering (drydam), yaitu Bendungan Ciawi dan Sukamahi,yang berfungsi sebagai pengendali banjir di Jakarta. "Dua bendungan ini adalah bendungan kering Ciawi dan Sukamahi. Kami harapkan bisa mengurangi banjir yang ada di Jakarta kurang lebih 30,6 persen," ungkapnya.
Artinya, kawasan yang biasanya terkena banjir di Jakarta seluas 468 hektare dapat berkurang menjadi 211 hektare. "Kurangnya separuh, hampir separuh lebih. Jadi,Sukamahi dan Ciawi, plus sodetan Ciliwung ke BKT," katanya.
Dia menambahkan banjir di Jakarta masih dapat berkurang bila 13 sungai di DKI Jakarta dapat dinormalisasi. "Kalau normalisasi 13 sungai yang ada di Jakarta dilakukan, akan sangat (mengurangi banjir). Konsistensi itu yang saya sampaikan ke (pj) gubernur DKI agar benar-benar terus dilakukan," tambahnya.
Sedangkan terkait urusan air laut yang masuk ke darat, Jokowi mengatakan untuk sementara dapat diatasi dengan pembangunan tanggul laut. "Tetapi dalam jangka panjang memang giant sea wallitu harus juga segera dikalkulasi dan segera dimulai," kata Jokowi.
Selain untuk penanggulangan banjir, kedua bendungan kering itu juga dapat dijadikan objek wisata. "Ini tidak hanya urusan keteknisan, engineering, tapi kita lihat arsitekturnya ini sangat bagus untuk wisata, baik Ciawi dan Sukamahi, dua-duanya akan dipakai untuk wisata," imbuhnya.
Bendungan Sukamahi dibangun di atas lahan 5,23 hektare dan ditargetkan dapat mereduksi air 15,47 meter kubik per detik. Bangunan dam yang dikerjakan oleh PT Wijaya Karya dan Basuki KSO tersebut menelan biaya Rp 464,93 miliar. Bendungan itu mereduksi air dari beberapa anak sungai yang mengalir ke Ciliwung, seperti sungai Sukabirus.
Sementara itu, Bendungan Ciawi memiliki luas genangan hingga 39,40 hektare dan mampu menampung volume air hingga 6,05 juta meter kubik. Bendungan itu dapat mereduksi air Sungai Ciliwung sebelum sampai ke Jakarta dengan kapasitas 111,75 meter kubik per detik. Pembangunan Bendungan Ciawi menelan biaya Rp798,70 miliar dan dikerjakan oleh PT Brantas Abipraya dan PT Sacna.