Senin 19 Dec 2022 02:14 WIB

Membangun Eksistensi Radio Vintage di Tangsel

Radio lawas masih diperhatikan oleh sejumlah kolektor.

Rep: Eva Rianti/ Red: Muhammad Fakhruddin
Pameran Radio Klasik di Alam Sutera, Serpong Utara, Tangerang Selatan (Tangsel), Ahad (18/12/2022).
Foto: Republika/Eva Rianti
Pameran Radio Klasik di Alam Sutera, Serpong Utara, Tangerang Selatan (Tangsel), Ahad (18/12/2022).

REPUBLIKA.CO.ID,Oleh: Eva Rianti/Jurnalis Republika

Seratusan radio bergaya klasik dengan warna notabene cokelat kayu berjejeran dalam Pameran ‘Alam Sutera Audio Fest’ di kawasan Alam Sutera, Serpong Utara, Tangerang Selatan (Tangsel), Banten. Jika dewasa ini radio hanya dinikmati lewat suara saja dalam bentuk speaker telepon genggam atau radio mobil, pameran itu mengajak pengunjung berkelana ke tahun 1930-an lewat radio vintage berbentuk fisik.

Baca Juga

Pameran itu merupakan eksibisi radio vintage pertama yang diadakan di Tangsel, tepatnya pada 9—18 Desember 2022. Kehadirannya menyadarkan bahwa radio tidak benar-benar ditinggalkan oleh zaman. Hingga kini, radio klasik masih eksis di kalangan pecinta alat komunikasi zaman dulu itu.

Seorang peserta pameran yang juga merupakan pemerhati radio vintage di Tangsel, Vincent Rusli mengatakan, radio lawas masih diperhatikan oleh sejumlah kolektor, termasuk dirinya. Radio-radio klasik, menurutnya memang perlu diperhatikan agar eksistensinya tidak hilang ditelan zaman karena alat komunikasi tersebut bernilai sejarah.

“Memang kan sekarang seolah-olah tanda petik bahwa radio itu terlupakan, tapi enggak betul-betul terlupakan. Orang-orang masih mendengarkan radio di mobil, misalnya. Cuman bentuk-bentuk nyata dari radio seperti apa enggak tahu, jadi harus dikenalkan, radio-radio di pameran ini adalah radio tahun 1930 sampai 1960-an,” tutur Vincent saat ditemui di lokasi pameran, Ahad (18/12/2022).

Dia menjelaskan, pameran tersebut terutama bertujuan untuk menginformasikan atau mengedukasi masyarakat, terutama anak-anak muda untuk lebih melek terhadap sejarah pertelekomunikasian di Indonesia, termasuk pada zaman penjajahan dahulu kala. Menurut pengamatannya, sepanjang gelaran pameran tersebut, antusiasme pengunjung, terutama anak-anak muda cukup kentara.

“Antusiasmenya saya lihat cukup baik, selama pameran berlangsung mereka banyak bertanya mengenai radio kaitannya sebagai alat untuk menginformasikan kemerdekaan Indonesia. Mereka juga ‘surprise’ bahwa radio ternyata sampai sekarang masih ada. Jadi mereka lebih menghubungkan ke sejarah,” terangnya.

Tak hanya bertujuan untuk mengedukasi masyarakat, pameran itu juga menjadi wadah untuk membangun komunitas pemerhati radio vintage. Vincent menyebut, lewat pameran itu, banyak kolektor yang saling bertemu dan berbagi pengalaman dalam pengembangan radio klasik. Menurut penuturannya, hingga saat ini pasar radio vintage juga masih terbilang prospek.

“Tujuan lainnya tentu untuk membuat komunitas supaya orang yang mempunyai hobi dan kegemaran terhadap radio vintage dapat berkumpul. Komunitas belum terstruktur dengan baik, kita mau bangun dan satukan komunitas pemerhati radio-radio tua di Tangsel,” tuturnya.

Terkait dengan pasar radio vintage, Vincent menyebut sudah cukup tersegmentasi, terutama bagi kalangan kolektor. Selain itu juga sejumlah orang yang memanfaatkannya dalam mendekorasi interior rumah bergaya vintage serta sejumlah orang yang memiliki memori kuat dengan sejarah radio.

Lebih lanjut, melihat potensi yang ada, baik ketertarikan masyarakat umum dalam mempelajari sejarah radio serta pasar yang masih cukup hidup, Vincent mengatakan hal itu nantinya akan menjadi salah satu destinasi wisata di Tangsel. Oleh karena itu, pameran tersebut diupayakan akan terus diadakan di setiap tahunnya.

“Ke depan kami akan mencoba secara reguler mengadakan eksibisi-eksibisi di Tangsel untuk menghidupkan destinasi wisata, artinya akan diadakan rutin, mudah-mudahan setiap tahun. Jadi intinya yakni mengedukasi, membangun komunitas, dan berusaha untuk menjadi daya tarik Tangsel lah,” ungkapnya.

Terpisah, Township Director Alam Sutera Group, Sari Setyaningrum mengatakan, diadakannya pameran tersebut sebagai upaya mendukung sektor pariwisata Kota Tangsel. Hal itu sejalan dengan Pemerintah Kota Tangsel yang tengah giat mendorong pertumbuhan sektor pariwisata dengan menambah destinasi-destinasi wisata baru.

“Alam Sutera melalui The Flavor Bliss sebagai salah satu SBU (Strategic Business Unit) yang berada di wilayah Tangsel melihat adanya peluang untuk dapat berkontribusi menciptakan destinasi wisata baru di Tangsel yang nantinya akan menambah ragam destinasi wisata. Dan melihat banyak penggemar radio vintage di Jabodetabek yang sampai saat ini belum memiliki wadah khusus untuk menunjukkan koleksi kepada publik, maka kami menyelenggarakan pameran ini,” terangnya.

Pameran tersebut, kata Sari mengajak para generasi muda untuk mengenal lebih jauh mengenai seluk beluk radio vintage. Ada sekitar 112 radio vintage yang diproduksi tahun 1930—1960 an dari berbagai merek yang dipamerkan dalam eksibisi itu.  Sebagian radio dibuat di Indonesia, sebagian lainnya dari luar negeri, seperti Belanda, Swedia, Jerman, Hungaria, dan Inggris.

“Acara ini juga dapat menjadi oase bagi para penggemar radio vintage yang ada di Jabodetabek karena di sini mereka dapat berkenalan, berbagi informasi, dan pengalaman mengenai cerita koleksi radio mereka,” kata dia. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement