Kamis 15 Dec 2022 01:38 WIB

Gerakan Ibu Hamil Sehat untuk Turunkan Stunting dan Angka Kematian Ibu

Target penurunan stunting tahun 2024 adalah 14 persen atau 3,5 persen per tahun

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Gita Amanda
Ibu hamil (Ilustrasi).  Pemerintah menargetkan penurunan angka stunting melalui gerakan ibu hamil sehat.
Foto: Pixabay
Ibu hamil (Ilustrasi). Pemerintah menargetkan penurunan angka stunting melalui gerakan ibu hamil sehat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah menargetkan penurunan angka stunting melalui gerakan ibu hamil sehat. Upaya ini termasuk dalam intervensi spesifik stunting sebelum kelahiran.

Target penurunan stunting tahun 2024 adalah 14 persen dari 24,4 persen tahun 2021; atau sekitar 3,5 persen per tahun sesuai dengan target presiden Joko Widodo. Pemerintah telah memetakan ada 12 provinsi prioritas penurunan stunting yang memiliki jumlah atau prevalensi tertinggi stunting.

Intervensi spesifik stunting perlu dilakukan sebelum dan setelah kelahiran. Data Riskesdas tahun 2018 menunjukkan ada 23 persen bayi yang lahir di Indonesia dalam keadaan stunting. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi gizi ibu hamil sejak masa remaja, termasuk tingginya anemia pada ibu hamil dan remaja putri. Setelah lahir angka stunting meningkat signifikan pada usia 6-23 bulan sebesar 1,8 kali dikarenakan kurangnya asupan protein hewani serta pola pengasuhan makanan (parenting) yang tidak tepat.

“Kita ingin memastikan bahwa angka 23 persen ini turun melalui gerakan bumil sehat. Kita saat ini fokus pada sebelum lahir sehingga awal kehidupan bisa diawali dengan baik untuk anak kita” Dirjen Kesehatan masyarakat dr Maria Endang Sumiwi, dalam keterangan, Rabu (14/12/2022)

Intervensi spesifik tersebut meliputi intervensi yang dilakukan sebelum lahir dan setelah lahir. Intervensi spesifik sebelum lahir dilakukan pada remaja putri dan ibu hamil dan setelah lahir pada balita.

“Terutama yang kalau stunting kita sangat ingin mengejar pada 1.000 HPK. Jadi kita pastikan sejak awal kehidupan semua faktor pertumbuhan terpenuhi,” ujar Endang.

Berdasarkan data Riskesdas 2018, sebanyak 48,9 persen ibu hamil mengalami anemia, sebanyak 17,3 persen ibu hamil mengalami Kekurangan Energi Kronis (KEK), dan 28 persen ibu hamil memiliki risiko komplikasi persalinan yang dapat menyebabkan kematian. Kondisi ini, lanjut Endang ingin dicegah melalui gerakan ibu hamil sehat.

“Intervensi spesifik dilakukan melalui ibu hamil mendapatkan Tablet tambah Darah selama kehamilan, ibu hamil mengonsumsi makanan sesuai rekomendasi serta ibu hamil kurang gizi mendapatkan asupan gizi tambahan. Ini semua diberikan dan dipantau melalui pemeriksaan kehamilan rutin dan kelas ibu hamil,” lanjut Endang.

Kampanye gerakan Ibu hamil Sehat berlangsung mulai 14 Desember hingga 22 Desember 2022, menyasar kepada ibu hamil melalui aktivitas gerakan pemeriksaan ibu hamil minimal 6 kali selama kehamilan termasuk 2 kali dengan dokter dan USG, Semarak Kelas Ibu Hamil (makan bersama, minum tablet tambah darah dan dukungan keluarga/suami), serta Apresiasi dan dukungan Bumil Sehat.

Diharapkan 10 ribu puskesmas dan layanan kesehatan lain, serta 1.000 tempat umum serempak melaksanakan kampanye gerakan bumil sehat termasuk tempat-tempat di mana ibu hamil bekerja. Ke depan gerakan ibu hamil sehat ini akan menjadi milik masyarakat untuk mendukung calon ibu mulai dari proses kehamilan agar ibu hamil yang terhindar anemia dan bayi lahir terhindar dari stunting.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement