REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan meminta masyarakat untuk tidak menghilang setelah memeriksakan diri dan dinyatakan positif human immunodeficiency virus/acquired immunodeficiency syndrome (HIV/AIDS). Setiap tahun, jumlah orang terdeteksi positif HIV/AIDS meningkat, namun yang kembali untuk mendapatkan pengobatan hanya 40 persen.
"Yang datang berobat memang masih kecil, jadi mereka setelah datang memeriksakan diri, positif, habis itu ya memang kendalanya susah dilacak ya," kata Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan Yudi Dimyati saat ditemui di Jakarta, Senin (12/12/2022).
Hal ini, menurut Yudi, karena rata-rata orang yang memeriksakan diri bukan warga asli Jakarta Selatan. Alhasil, setelah diketahui positif, mereka tak melanjutkan berobat ke fasilitas kesehatan di Jakarta Selatan.
Yudi mengatakan pihaknya telah memberikan edukasi kepada masyarakat tentang layanan pengobatan ODHA. Kerahasiaan identitas pasien dijamin sehingga mereka tidak perlu takut untuk datang berobat dan obat pun diberikan secara gratis.
Selain edukasi, pihaknya juga bekerja sama dengan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) yang menyediakan kader pendamping di lapangan. Apabila ada warga yang positif HIV/AIDS maka dapat mendampingi menuju fasilitas kesehatan, rumah sakit, ataupun puskesmas untuk menjalani pengobatan.