REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga kemanusiaan Indonesia Care melihat adanya kelambanan dalam proses pembersihan puing-puing reruntuhan bangunan akibat gempa. Hal itu disebabkan banyaknya lokasi yang sulit dijangkau alat berat.
Demikian diungkapkan Direktur Eksekutif Indonesia Care, Lukman Azis Kurniawan usai meninjau pos relawan lembaganya di Desa Cijedil, Kecamatan Cugenang, Cianjur Jawa Barat, Jumat (9/12).
Akibat lambannya pembersihan tersebut, lanjut Lukman, penyintas masih memilih bertahan di pengungsian dengan sanitasi yang sangat terbatas dan kurang higienis.
"Di Dusun Gunung Lanjung Dua saat ini misalnya, masih banyak warga bertahan di pengungsian karena puing-puing rumahnya yang hancur masih teronggok di atas lahan mereka. Kalau itu sudah dibersihkan mereka sudah bisa membangun tenda darurat diatas tanah mereka sendiri," tandasnya.
Saat ini, lanjut Lukman sebagian pengungsi membangun tenda di atas tanah developer perumahan yang ada di dusun tersebut. "Ada dilematis, pengembang ingin pengungsi segera pindah dari lahan komersialnya. Namun warga tidak ada lahan terbuka untuk memindahkan hunian sementaranya," ungkapnya.
Hingga saat ini, jumlah relawan dari sejumlah lembaga kemanusiaan yang memberikan pelayanan pengungsi di lokasi sudah menurun drastis. "Semua sudah mulai balik kanan. Kondisi ini yang sesungguhnya kritis. Para penyintas mulai merasakan kesepian dan kebingungan. Bantuanpun menurun drastis," imbuh mantan jurnalis media nasional tersebut.
Adapun masa tanggap darurat masih belum dicabut pemerintah hingga 20 Desember mendatang. Pencarian korban masih terus berlangsung oleh tim SAR gabungan dan para relawan.
Relawan Indonesia CARE sendiri sejak hari pertama peristiwa hingga tanggal 9 kemarin masih bertahan membersamai pengungsi di desa Cijedil dengan tetap melakukan pelayanan medis, logistik dan psikososial bersama Lembaga Penanggulangan Bencana Majelis Ulama Indonesia dan MDMC Muhammadiyah.
Lukman berharap, walaupun pemberitaan media sudah berkurang mengenai Cianjur, bukan berarti pengungsi telah tiada dan penderitaan telah berakhir. "Justru ini fase paling menderita bagi penyintas. Bantuan menurun, relawan menghilang dan hunian serta mata pencaharian mereka pasca-gempa belum ada kejelasan," imbuhnya.
Karenanya, dia berharap, seluruh masyarakat Indonesia tetap memperhatikan dan memberikan dukungan bagi para korban, dengan tetap membantu baik langsung ataupun melalui lembaga kemanusiaan yang dipercaya. "Ada lebih dari 70 ribu hunian warga yang rusak, puluhan fasilitas umum, ratusan rumah ibadah," ungkap Lukman.
Indonesia Care sendiri sudah merencanakan segera membangun hunian tahan gempa di lokasi. Untuk itu Lukman mengajak dermawan berpartisipasi melalui Indonesia Care di BSI 7000-555-292 an Yayasan Indonesia Cepat Aktif Responsif dan Empati.