REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI-Program studi (prodi) Teknologi Informasi bekerja sama dengan prodi Sistem Informasi Universitas BSI (Bina Sarana Informatika) mengadakan seminar bagi mahasiswa dan dosen. Seminar dilaksanakan dua sesi secara offline di Auditorium Universitas BSI kampus Kaliabang, beberapa waktu lalu.
Hadir sebagai narasumber yakni Budhi Riyanto dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Hendra Supendar kaprodi Teknologi Informasi Universitas BSI dan Sriyadi sebagai kaprodi Sistem Informasi Universitas BSI. Kegiatan seminar ini dihadiri oleh mahasiswa prodi Teknologi Informasi dan Sistem Informasi serta dosen Kampus Digital Kreatif Universitas BSI.
Budhi Riyanto selaku peneliti ahli madya dari BRIN dan juga narasumber menyampaikan bahwa Ekonomi kreatif adalah penciptaan nilai tambah yang berbasis ide. Lahir dari kreativitas sumber daya manusia (orang kreatif) dan berbasis ilmu pengetahuan, termasuk warisan budaya dan teknologi.
“Berbagai aplikasi tersebut didesain supaya mempermudah pengguna dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Maka tak heran jika potensi sub sektor aplikasi ini sangat besar. Profil proyeksi kebutuhan tenaga kerja di bidang IT dan Komunikasi semakin meningkat,” jelas Budhi pada Ahad (4/12/2022).
Sementara itu, ketua program studi (kaprodi) Teknologi Informasi Universitas BSI Hendra Supendar menyampaikan latar belakang transformasi digital berupa potensi internet di dunia dan Indonesia, pasar transformasi digital secara global, adanya pandemi Covid-19, potensi ekonomi digital dan potensi ekosistem startup di Indonesia.
“Ada paradigma baru saat ini, dimana revolusi industry 4.0 yang berdampak pada semua bidang kehidupan manusia. Regulasi pendidikan tinggi yang semakin disruptif, metode ukur kualitas prodi berdasarkan hasil akreditasi, rekrutment tidak lagi berdasarkan usia, asal PT, resume pekerjaan, melainkan fakta apakah pernah menciptakan application atau membangun startup,” jelasnya.
Di satu sisi, kaprodi Sistem Informasi Universitas BSI, Sriyadi menyampaikan tentang global competition yang dimulai dengan adanya MEA, VUCA, dan digital tsunami. Menurutnya, global thinking dimana dengan memiliki ide maka yang tidak punya pengalaman dapat mengalahkan yang mempunyai pengalaman.
“Softskill fleksibility dan sustainability system membentuk pemikiran analitis, daya belajar tinggi, mampu memecahkan masalah, pemikiran kritis, kreatif, orisinil, dan inisitatif, berjiwa kepemimpinan, mahir teknologi, desain ketahanan tinggi, dan berpikir logis,” jelasnya.
Sriyadi juga berharap dengan adanya seminar ini dapat menambah wawasan peserta dalam akselerasi transformasi digital.