Ahad 04 Dec 2022 09:01 WIB

Inflasi Pangan November 2022 Terkendali, NFA Tingkatkan Pengendalian Inflasi Jelang Nataru

Kedepannya kerja sama dengan Kementerian, Lembaga, Asosiasi, BUMN akan ditingkatkan

Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) memastikan akan terus melakukan upaya ekstra stabilisasi pasokan dan harga pangan jelang Nataru, untuk menjaga terkendalinya inflasi bahan makanan hingga akhir 2022.
Foto: istimewa
Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) memastikan akan terus melakukan upaya ekstra stabilisasi pasokan dan harga pangan jelang Nataru, untuk menjaga terkendalinya inflasi bahan makanan hingga akhir 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) memastikan akan terus melakukan upaya ekstra stabilisasi pasokan dan harga pangan jelang Nataru, untuk menjaga terkendalinya inflasi bahan makanan hingga akhir 2022.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), komponen harga pangan bergejolak (volatile food) mengalami penurunan inflasi sebesar -1,49 persen (yoy), dari 7,19 persen (yoy) pada Oktober 2022 menjadi 5,7 persen (yoy) di November 2022. Menurunnya inflasi pangan bergejolak November 2022 dipengaruhi oleh deflasi beberapa komoditas pangan seperti cabai merah dan cabai rawit, masing-masing -0,08 persen dan -0,03 persen. 

Baca Juga

“Terkendalinya inflasi ini perlu kita syukuri. Tentunya ini berkat kerja bersama seluruh stakeholder terkait dari pusat hingga daerah untuk menjaga stabilitas pasokan dan harga pangan tetap terjaga,” ujar Kepala NFA Arief Prasetyo Adi dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu (3/12/2022). 

Berdasarkan rilis BPS, inflasi nasional tahun ke tahun (yoy) pada November 2022 berada di angka 5,42 persen, atau mengalami penurunan dibanding Oktober 2022 sebesar 5,71 persen. Penurunan ini, salah satunya, dipengaruhi menurunnya andil inflasi sektor pangan, di mana pada November 2022 sektor pangan memiliki andil sebesar 1,50 persen, atau menurun -0,22 persen dibanding andil terhadap inflasi bulan sebelumnya sebesar 1,72 persen.

photo
Upaya kolaboratif mampu meredam peningkatan harga beras di tingkat konsumen - (istimewa)

 

Arief menjelaskan, tren penurunan inflasi dari Oktober hingga November 2022 tersebut tidak terlepas dari upaya ekstra yang dilakukan bersama melalui sinergi dengan seluruh stakeholder terkait sesuai arahan Presiden Joko Widodo. 

Ia mengatakan, kedepannya kerja sama dengan Kementerian, Lembaga, Asosiasi, BUMN, dan BUMD di bidang pangan akan terus ditingkatkan. “Secara rutin, kita lakukan meeting setiap Senin yang di arrange Menteri Dalam Negeri Pak Tito Karnavian beserta jajaran, menghadirkan Kementerian dan Lembaga, serta Pemerintah Daerah dari 38 Provinsi. Langkah ini terbilang efektif. Bahkan Rakortas dipimpin Menko Perekonomian, Bank Indonesia, Kemenkeu, Kemendag, Badan Pangan Nasional dan TPIP/TPID yang menghadirkan Kepala Daerah utamanya yang memerlukan support, juga terbukti dapat memperbaiki tingkat inflasi,” jelasnya.

Arief mengatakan, kondisi ini harus tetap diwaspadai mengingat kenaikan permintaan bahan pangan jelang Nataru. “Masih ada Bulan Desember sebelum kita tutup tahun 2022 ini dengan menjaga inflasi dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi seperti arahan Bapak Presiden Joko Widodo. Kita tidak boleh lengah, demand menjelang Nataru biasanya mengalami peningkatan, karena itu bersama stakeholder terkait, extra effort pengendalian inflasi terus digencarkan,” kata Arief. 

Arief menyebut pihaknya terus mengupayakan stabilisasi harga komoditas beras yang mengalami kenaikan harga saat ini dengan menugaskan Perum Bulog untuk memasok beras di pasar. Sampai dengan Desember 2022, Bulog telah menyalurkan KPSH beras medium mencapai 1,05 juta ton dengan realisasi penyaluran terbesar di November 2022 mencapai 219 ribu ton. 

Dengan penyaluran tersebut, terbukti upaya kolaboratif mampu meredam peningkatan harga beras di tingkat konsumen. Meskipun harga beras mengalami kenaikan dalam beberapa waktu terakhir, namun tren kenaikan tersebut mulai melandai. BPS mencatat andil inflasi beras bulan November 2022 sebesar 0,37 persen turun dari bulan sebelumnya (Oktober 2022) sebesar 1,13 persen. 

Selain itu, untuk menjaga keterjangkauan pangan, fasilitasi distribusi pangan dari daerah surplus ke daerah defisit juga terus digencarkan untuk menjaga pasokan dan harga pangan di tingkat produsen dan konsumen. “Basisnya dari pemetaan daerah surplus dan defisit, serta pemantauan harga melalui Panel Harga Pangan yang menghimpun data dari para enumerator di 514 kabupaten/kota di 34 provinsi, ini terus kita lakukan monitoring harian dan menjadi early warning system untuk melakukan intervensi distribusi pangan di daerah-daerah defisit” ujar Arief. 

Bersamaan dengan itu, tambah Arief, NFA terus mengupayakan Gerakan Pangan Murah di seluruh daerah. Hingga akhir November 2022, NFA bersama Dinas Pangan Daerah, Bank Indonesia, BUMN pangan, pelaku usaha pangan, dan stakeholder lainnya telah melakukan kegiatan Bazar Pangan Murah sebanyak 253 kali, di 27 provinsi, dan 82 Kabupaten/Kota, dengan menyalurkan sejumlah total 534 ton komoditas pangan antara lain beras, cabai, minyak goreng, telur ayam ras, daging ayam, gula, bawang putih dan merah, daging sapi, serta sayuran lainnya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement