REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU – Harga beras di pasar tradisional di Kabupaten Indramayu mengalami kenaikan. Meski demikian, penjualan beras ke masyarakat mengalami peningkatan.
‘’Kenaikan harga itu terjadi pada semua jenis beras,’’ ujar seorang pedagang beras di Pasar Mambo Kabupaten Indramayu, Jana, kepada Republika, Jumat (2/12/2022).
Jana menyebutkan, untuk beras medium, harganya naik Rp 1.000 per kilogram, atau dari Rp 9.500 per kilogram–Rp 10.500 per kilogram kini menjadi Rp 10 ribu–Rp 11 ribu per kilogram, tergantung kualitasnya.
Begitu pula harga beras premium, juga mengalami kenaikan di kisaran Rp 1.000 per kilogram. Yakni, yang tadinya Rp 10.500–Rp 11.500 per kilogram menjadi Rp 11 ribu–Rp 12 ribu per kilogram.
Jana menjelaskan, kenaikan harga beras tersebut dipicu oleh minimnya stok gabah di tingkat petani dalam sebulan terakhir. Hal itu seiring dengan berakhirnya masa panen gadu 2022.
Sedangkan musim tanam rendeng 2022/2023 di Kabupaten Indramayu, belum dimulai. Masa panen rendeng diperkirakan baru akan terjadi pada April 2023.
Selain stok yang minim, lanjut Jana, harga gabah kering giling (GKG) juga mengalami kenaikan. Yakni, dari Rp 630 ribu per kilogram kini menjadi Rp 670 ribu–Rp 700 ribu per kilogram.
Jana mengungkapkan, meski harga beras naik, namun permintaan beras dari masyarakat justru mengalami peningkatan. Pasalnya, bantuan pangan non tunai (BPNT) yang biasanya diterima warga dalam bentuk sembako, terutama beras dan telur, kini diberikan dalam bentuk uang tunai.
‘’Masyarakat jadi beli beras ke pasar,’’ terang Jana.
Jana menyebutkan, saat ini penjualannya naik menjadi 3,5-4 kuintal per hari. Padahal biasanya, penjualan berasnya hanya di kisaran dua sampai tiga kuintal per hari.
Terpisah, Wakil Ketua Kelompok Tani dan Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Indramayu, Sutatang, menjelaskan, mahalnya harga gabah saat ini disebabkan selesainya masa panen gadu di Kabupaten Indramayu. Apalagi, sejumlah daerah di Kabupaten Indramayu saat ini mengalami keterlambatan musim tanam rendeng 2022/2023 akibat adanya perbaikan saluran irigasi.
Sutatang mengungkapkan, meski harga gabah saat ini tinggi, namun petani lebih memilih untuk menyimpan gabahnya. Mereka menjualnya secara bertahap, sesuai dengan kebutuhan saja.
‘’Kalau langsung dijual semua, nanti modal untuk tanam laginya tidak ada. Apalagi jarak panen gadu dengan awal musim tanam rendeng cukup lama,’’ kata Sutatang kepada Republika, pekan kemarin.