REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Pusat Riset Kebencanaan Geologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Nuraini Rahma Hanifa menyerukan agar masyarakat Indonesia memperkuat bangunan atau rumah agar tahan gempa. Sebab, Indonesia berada di daerah yang rawan gempa.
"Perlu kita ingat bahwa kematian terbesar akibat gempa diakibatkan oleh keruntuhan bangunan," kata Rahma dalam keterangan tertulis yang diterima Antara di Jakarta, Kamis (1/12/2022).
Rahma menuturkan rumah dapat didesain tahan terhadap guncangan gempa, baik dengan mengikuti kode bangunan maupun dengan menerapkan kearifan lokal. Selain itu, masyarakat juga perlu memperkuat furniture yang ada di rumah sehingga tidak mudah berjatuhan dan pecah.
Masyarakat juga perlu menyiapkan peralatan P3K dan tas darurat untuk dapat bertahan hidup secara mandiri selama 36 jam pertama setelah gempa. Sedangkan pascagempa utama, masyarakat harus mewaspadai gempa susulan dan memeriksa kondisi rumah.
"Jika kondisi rumah berubah menjadi miring, jangan ditempati sebelum diperbaiki," ujar Nuraini.
Di samping itu, masyarakat juga perlu mewaspadai bahaya ikutan. Jika berada di daerah berbukit dan berlereng, waspadai longsor yang dapat terjadi.
"Jika berada di wilayah pantai, waspadai tsunami yang dapat terjadi dengan segera evakuasi menjauh dari pantai atau ke tempat yang lebih tinggi," kata Nuraini.
Masyarakat juga perlu memahami sumber dan bahaya gempa di sekitar, termasuk zona aman dan tidak aman di lingkungan sekitar. Sumber dan bahaya gempa dapat diakses di antaranya pada portal Inarisk.bnpb.go.id.