Rabu 30 Nov 2022 18:44 WIB

Ini Upaya BNPB untuk Melatih Masyarakat Siaga Bencana

BNPB tidak mungkin harus melatih 270 juta masyarakat Indonesia sendiri.

Rep: Rr laeny sulisyawati/ Red: Hiru Muhammad
Sejumlah siswa berlindung di bawah meja saat latihan kesiapsiagaan bencana gempa dan tsunami di SD Negeri 2 Tanjung Benoa, Badung, Bali, Selasa (24/5/2022). Latihan tersebut diselenggarakan oleh United Nations Development Programme (UNDP) bekerja sama dengan BNPB sebagai bagian dari World Reconstruction Conference kelima (WRC5) yang digelar bersamaan dengan Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) 2022 di Bali.
Foto: ANTARA/Fikri Yusuf
Sejumlah siswa berlindung di bawah meja saat latihan kesiapsiagaan bencana gempa dan tsunami di SD Negeri 2 Tanjung Benoa, Badung, Bali, Selasa (24/5/2022). Latihan tersebut diselenggarakan oleh United Nations Development Programme (UNDP) bekerja sama dengan BNPB sebagai bagian dari World Reconstruction Conference kelima (WRC5) yang digelar bersamaan dengan Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) 2022 di Bali.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melakukan beberapa upaya untuk melatih masyarakat supaya siaga bencana. Di antaranya melatih fasilitator kesiapsiagaan daerah hingga memasukkannya ke dalam materi yang ada di program satuan pendidikan aman bencana.

"Caranya dengan melatih fasilitator kesiapsiagaan daerah. Fasilitator ini yang turun ke daerah-daerah," ujar Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari, Rabu (30/11/2022).

Baca Juga

Ia menambahkan, jumlah fasilitator ini cukup banyak, yang pasti ribuan dan bisa puluhan ribu dan ini yang terus diperkuat. Jumlahnya masih terus bertambah karena relawan yang dipakai adalah relawan dari organisasi masyarakat misalnya Muhammadiyah, Artha Graha peduli, kemudian anggotanya ditambah organisasi atau universitas hingga badan usaha bersangkutan.

Muhari mengakui, BNPB tidak mungkin harus melatih 270 juta masyarakat Indonesia sendiri."Oleh karena itu, dibutuhkan kerja sama yang sifatnya pentahelix. Kami tak bisa kerja sendiri karena ini bertingkat, bertahap, dan berlanjut," katanya.

Kendati demikian, ia menyebutkan BNPB  juga sudah punya pool fasilitator yang ada di setiap provinsi seluruh Indonesia. Kemudian, BNPB melakukan pelatihan dan pendalaman kembali materi yang sudah diberikan. Tak hanya itu, pengawasan dan pendampingan juga masih di bawah BNPB.

Terkait memberikan materi siaga bencana untuk anak-anak sekoah, Muhari mengatakan kelompok usia ini termasuk dalam masyarakat usia sekolah dan BNPB sudah memasukkannya di kurikulum. 

"Artinya, ada kurikulum di sekolah yang tercakup dalam satu program besar yang namanya satuan pendidikan aman bencana (SPAB) yang ada di jenjang sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP) hingga sekolah menengah atas (SMA)," ujarnya.

Muhari menambahkan, BNPB bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) dengan nama program SPAB.  Substansi kesiapsiagaan diatur oleh Kemendikbudristek tetapi yang menyiapkan materinya adalah BNPB. Muhari menambahkan, program ini sudah berjalan sejak 11 tahun lalu.

Tak hanya itu, ia menyebutkan BNPB juga memiliki program di desa-desa Tanah Air yang disebut desa tangguh bencana. Program ini sudah dilakukan sejak 8 tahun lalu. "BNPB telah memfasilitasi sekitar 13 ribuan desa dari total 74 ribuan desa seluruh Indonesia," katanya. Muhari mengakui pekerjaan masih panjang dan persoalan ini bukan pekerjaan gampang.  

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement